Sumber foto: Google

Ironi Pangan: Harga Gabah Anjlok, Harga Beras Tetap Tinggi

Tanggal: 8 Mei 2025 10:25 wib.
Tampang.com | Setiap panen datang, petani kembali dihadapkan pada masalah klasik: harga gabah anjlok. Ironisnya, kondisi ini tidak berbanding lurus dengan harga beras di pasar, yang tetap tinggi dan memberatkan konsumen.

Petani: Produksi Lancar, Tapi Harga Tak Bersahabat
Di beberapa wilayah seperti Klaten dan Bone, harga gabah kering panen (GKP) hanya Rp4.200 – Rp4.600 per kilogram. Angka ini berada di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp5.000/kg. Sementara itu, di pasar ritel, harga beras medium tembus Rp13.000 – Rp15.000/kg.

“Setiap panen, kami rugi. Modal pupuk dan sewa lahan saja sudah tinggi,” ujar Pak Sabar, petani padi di Grobogan.

Distribusi Bermasalah, Tengkulak Masih Kuasai Pasar
Pakar pangan menilai, masalah utamanya ada di rantai distribusi panjang dan dominasi tengkulak. Petani jarang punya akses langsung ke Bulog atau pasar modern. Di sisi lain, infrastruktur pascapanen seperti pengering dan gudang penyimpanan belum memadai, membuat petani terpaksa jual cepat meski harga rendah.

Konsumen Juga Tidak Diuntungkan
Kondisi ini menciptakan ironi: petani rugi, konsumen tetap bayar mahal. Rantai pasokan yang tidak efisien memicu disparitas harga antara hulu dan hilir. Pemerintah dinilai perlu mengintervensi bukan hanya di sisi produksi, tapi juga distribusi dan tata niaga.

“Selama kita biarkan pasar bebas tanpa pengawasan yang kuat, petani tetap jadi pihak paling lemah,” ungkap Dr. Sri Purnami, ahli ekonomi pertanian dari UGM.

Peran Bulog dan Pemerintah Daerah Lemah?
Kehadiran Bulog dinilai belum cukup kuat menyerap hasil panen petani secara merata. Banyak petani mengaku tidak tahu cara menjual ke Bulog atau menghadapi proses birokrasi yang terlalu rumit. Di sisi lain, kebijakan pemerintah daerah soal stabilisasi harga masih minim eksekusi di lapangan.

Kesimpulan
Keadilan pangan bukan hanya soal swasembada atau ketersediaan stok — tapi juga soal keseimbangan harga yang berpihak pada petani dan konsumen. Jika sistem distribusi tidak diperbaiki, maka ironi ini akan terus berulang di setiap musim panen.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved