Investor Pasar Modal Indonesia Beralih ke Kripto, Mirae Sekuritas Revisi Target IHSG
Tanggal: 21 Jul 2024 15:29 wib.
Investor pasar modal Indonesia diperkirakan akan mempertahankan transaksi di Bursa Efek Indonesia serta memindahkan investasinya ke aset kripto. Peralihan ini menjadi salah satu alasan utama dibalik revisi target Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) oleh Mirae Sekuritas.
Saat ini, banyak investor saham yang mengarah ke pasar kripto menurut Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Samsul Hidayat. Menurut Samsul, ketika pasar saham tidak lagi menawarkan keuntungan yang diharapkan, para investor beralih ke aset alternatif. "Namun, kita melihat ini hanya sebagai penyesuaian. Investor memilih produk yang menurut mereka akan memberikan hasil yang baik dan aman," ujar Samsul di Gedung BEI, Jakarta, Sabtu (20/7/2024). Saat ini, sekitar 20%-25% investor aktif dari 5,5 juta investor di pasar saham melakukan trading.
Tae Yong Shim, CEO Mirae Asset Sekuritas Indonesia, juga mengamati bahwa kondisi pasar saham yang menunjukkan tren bearish selama semester I/2024 memaksa sebagian investor untuk beralih ke pasar kripto. Menurut Shim, jumlah pengguna Bitcoin saat ini mencapai 18,5 juta, melebihi jumlah total investor pasar modal. Menurutnya, jumlah investor yang aktif melakukan transaksi menurun sekitar 30% dari puncaknya, dan mencapai level terendah menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI). "Investor meninggalkan pasar modal, mengapa? Pertama, karena investor asing menjual saham berkapitalisasi pasar besar," ujar Shim. Alasan kedua adalah kontroversi seputar papan pemantauan khusus (PPK) dengan metode full call auction (FCA). Shim menyatakan dukungannya terhadap kebijakan FCA ini secara pribadi, namun menyadari bahwa hal ini menimbulkan kontroversi. Semua hal tersebut membuat investor beralih ke pasar kripto.
Dalam kondisi pasar bearish ini, Mirae Asset Sekuritas menurunkan target IHSG di akhir tahun dari 8.100 menjadi 7.585 hingga akhir 2024. Sebagai tambahan, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat peningkatan jumlah investor kripto di Indonesia. Pada Januari 2024, jumlah investor kripto domestik mencapai 18,83 juta. Angka ini kemudian meningkat menjadi 20,16 juta pada bulan April 2024.
Peningkatan jumlah investor kripto di Indonesia adalah sebuah fenomena menarik yang perlu diperhatikan. Hal ini juga menunjukkan bahwa pasar kripto sedang mengalami pertumbuhan pesat di tanah air, dan sangat mempengaruhi perilaku investasi masyarakat. Sebagai tambahan, adanya regulasi yang belum jelas di pasar kripto juga dapat mempengaruhi minat investor untuk beralih dari pasar modal ke pasar kripto.
Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, diperkirakan bahwa transaksi pasar kripto di Indonesia mencapai 8,2 juta dolar AS pada tahun 2024, meningkat dari 5,9 juta dolar AS pada tahun sebelumnya. Jumlah ini menunjukkan bahwa pasar kripto sedang menjadi tren di Indonesia, dengan jumlah investor dan nilai transaksi yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Faktor lain yang menjadi pertimbangan investor dalam memindahkan investasinya ke pasar kripto adalah keamanan dan potensi keuntungan yang lebih tinggi. Banyak investor melihat pasar kripto sebagai peluang untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan pasar saham, terutama dalam kondisi pasar bearish seperti saat ini. Selain itu, adanya teknologi blockchain dan inovasi di pasar kripto juga menjadi daya tarik tersendiri bagi investor yang mencari peluang investasi yang inovatif.
Di tengah pergeseran perilaku investasi masyarakat, regulator dan otoritas terkait di Indonesia perlu memperhatikan perkembangan pasar kripto dengan baik. Regulasi yang jelas dan progresif diperlukan untuk memberikan perlindungan bagi para investor, sekaligus mendorong pertumbuhan pasar kripto yang berkelanjutan. Seiring dengan itu, industri keuangan dan pasar modal juga perlu beradaptasi dengan perubahan tren investasi ini untuk tetap relevan dan kompetitif di era digital.