Info Terbaru, BTN Syariah Dikabarkan Lirik Bank Victoria Syariah
Tanggal: 8 Jul 2024 20:21 wib.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BBTN) belum memberikan kabar terbaru atas rencana spin off atau pelepasan unit usaha syariah (UUS) miliknya, PT BTN Syariah. Terakhir, BTN tengah dalam proses due diligence atau uji kelayakan dari rencana akuisisi PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. (BMI) yang dikabarkan prosesnya bakal selesai bulan April lalu. Namun hingga kini, semua pihak seakan bungkam terkait hasil dari proses tersebut. Berdasarkan informasi yang diterima CNBC Indonesia, BTN memutuskan untuk tidak melanjutkan rencana akuisisi bank syariah pertama RI itu, salah satu alasannya adalah nilai akuisisi BMI yang terlalu besar, yakni mencapai sekitar Rp10 triliun.
Sumber tersebut mengungkapkan kepada CNBC Indonesia bahwa BTN kini telah beralih ke PT Bank Victoria Syariah (BVS) dan sedang dalam due diligence. Nilai transaksi tersebut dikabarkan mencapai Rp1,7 triliun. Proses due diligence ini ditargetkan dapat selesai pada bulan Juni lalu, agar proses akuisisi dapat rampung pada bulan Oktober mendatang. Dengan begitu, BTN membidik dapat menyampaikan proposal untuk merger ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada bulan September. Seperti diketahui, BTN membidik bank syariah lain untuk menjadi "cangkang" sebagai bagian dari proses pelepasan unit usaha syariah (UUS), BTN Syariah untuk berdiri menjadi bank umum syariah (BUS).
BTN Syariah vs Bank Muamalat
Dalam mencari kandidat untuk menjadi "cangkang" bagi pelepasan unit usaha syariah (UUS) miliknya, BTN Syariah mempertimbangkan antara PT Bank Muamalat Indonesia Tbk. (BMI) dan PT Bank Victoria Syariah (BVS). Dua bank syariah yang menjadi incaran BTN tersebut memiliki kinerja dan karakteristik yang berbeda, sehingga BTN harus mempertimbangkan dengan matang untuk memilih kandidat terbaik.
Kinerja Bank Muamalat
Bank Muamalat, sebagai bank syariah pertama RI, menghadapi tantangan dalam menjaga kinerjanya. Laporan keuangan Bank Muamalat per Maret 2024 mencatatkan laba bersih Rp 2,78 miliar, yang mengalami penurunan 72,82% secara tahunan (yoy). Penurunan ini disebabkan oleh merosotnya pendapatan setelah distribusi bagi hasil. Meskipun pendapatan dari penyaluran dana bank naik 18,53% yoy menjadi Rp 526,55 miliar, namun bagi hasil untuk pemilik dana investasi naik lebih tinggi atau 23,29% yoy menjadi Rp 477,16 miliar. Akibatnya, pendapatan setelah distribusi bagi hasil bank turun 13,62% yoy menjadi Rp 49,38 miliar. Tekanan bagi hasil tersebut juga terlihat dari rasio net imbalan (NI) bank yang turun 9 basis poin (bps) menjadi 0,35%.
Di sisi lain, penyaluran pembiayaan Bank Muamalat per 31 Maret 2024 tercatat sebesar Rp 21,4 triliun, mengalami pertumbuhan 10,2% yoy. Meskipun begitu, kualitas aset bank membaik dengan menurunnya rasio pembiayaan bermasalah (NPF) gross menjadi 2,22% dari sebelumnya 2,75%. Namun, NPF net ternyata naik dari 0,75% menjadi 1,17% pada periode yang sama. Rasio pembiayaan terhadap simpanan (FDR) juga mengalami peningkatan secara tahunan dari 42,47% menjadi 46,32% pada akhir Maret 2024. Aset Bank Muamalat juga tercatat sebesar Rp 64,9 triliun, naik 5,4% yoy.
Kinerja Bank Victoria Syariah
Sementara itu, PT Bank Victoria Syariah (BVS) menunjukkan peningkatan kinerja yang mengesankan. BVS mencatatkan laba bersih tahun berjalan sebesar Rp 7,73 miliar per Maret 2024, naik 47,74% yoy. Penyumbang terbesar dari peningkatan kinerja ini adalah pendapatan dari penyaluran dana sebesar Rp 55,21 miliar, yang meningkat tajam 93,18% yoy. Selain itu, bagi hasil untuk pemilik dana investasi juga meningkat signifikan sebesar Rp 23,46 miliar, atau naik 108,82% yoy. Pendapatan setelah distribusi bagi hasil juga mengalami kenaikan yang signifikan, mencapai Rp 31,74 miliar, naik 83,04% yoy.
Kinerja Bank Victoria Syariah juga dapat dilihat dari rasio net imbalan (NI) yang naik menjadi 4,23% pada kuartal I-2024 dari sebelumnya 2,79%. Selain itu, BVS berhasil menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 1,30 triliun per Maret 2024, yang naik mencolok 73,65% yoy. Dengan peningkatan pembiayaan tersebut, BVS berhasil menurunkan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) gross menjadi 0,56%, turun dari sebelumnya 1,39%. Sementara NPF net stagnan di 0,00%. Dana pihak ketiga (DPK) bank juga tumbuh 58,73% yoy dari Rp 841,34 miliar menjadi Rp 1,33 triliun. Total aset BVS tercatat sebesar Rp 3,16 triliun pada kuartal I-2024. Meskipun begitu, modal inti BVS tercatat sebesar Rp 1,04 triliun per Maret 2024, dengan rasio kecukupan modal sebesar 64,71%, yang mengalami penurunan dari sebelumnya 134,68%.