Industri Baja Nasional Hadapi Tantangan di Era Hilirisasi: Tenaga Kerja, Dekarbonisasi, hingga Banjir Impor
Tanggal: 30 Mei 2025 22:57 wib.
Tampang.com, Indonesia – Industri baja nasional terus berupaya memperkuat diri dalam menghadapi era hilirisasi, dengan dukungan penuh dari pemerintah. Namun, untuk mencapai tujuan tersebut, sejumlah tantangan besar perlu diatasi melalui strategi yang matang. Dalam sesi diskusi Indonesia Steel Summit & Exhibition Indonesia (ISSEI) 2025 beberapa waktu lalu, para pembicara dari lintas kementerian dan pelaku industri strategis menjabarkan isu-isu krusial tersebut.
Dedi Latip, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, menegaskan bahwa hilirisasi logam dan mineral merupakan prioritas strategis nasional. Peta jalan investasi difokuskan pada peningkatan kapasitas produksi baja. “Industri baja termasuk sektor unggulan, bahkan berperan menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya dikutip Jumat (30/5/2025).
Dalam catatan BKPM, realisasi investasi di sektor logam dasar meningkat signifikan, dari Rp 61,6 triliun pada 2019 menjadi Rp 200,3 triliun pada 2023. Proyeksi kebutuhan baja nasional juga melonjak hingga 100 juta ton pada 2045. Meskipun demikian, tantangan seperti kebutuhan tenaga kerja terampil, tekanan global, dan pentingnya insentif fiskal menjadi fokus strategis agar transformasi industri berjalan sukses.
Isu Krusial yang Dihadapi Sektor Baja
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Eko S.A. Cahyono menyampaikan bahwa Kemenperin terus memperkuat sektor baja melalui kebijakan industri hijau dan berkelanjutan. Ia menyoroti empat isu utama yang tengah dihadapi sektor ini:
Dekarbonisasi: Penerapan peta jalan menuju Net Zero Emission pada 2050, yang memerlukan perubahan signifikan dari metode konvensional.
Efisiensi Energi: Melalui audit industri dan integrasi proses produksi untuk mengurangi konsumsi energi.
Ekonomi Sirkular: Dengan pemanfaatan limbah slag baja sebagai bahan baku industri lain, mendukung keberlanjutan.
Kelebihan Kapasitas Akibat Banjir Impor Global: Ditangani melalui optimalisasi serapan baja dalam proyek-proyek nasional.
Kolaborasi Regional untuk Penguatan Industri
Akbar Djohan, Ketua Umum Indonesia Iron & Steel Industry Association (IISIA) sekaligus Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk, menegaskan kesiapan asosiasi untuk mendukung percepatan hilirisasi baja nasional. Menurutnya, industri baja nasional harus memperkuat posisi di kawasan regional melalui kolaborasi dan sinergi yang berkelanjutan.
Ia juga menjelaskan, ISSEI 2025 tidak hanya sebagai perhelatan nasional industri baja Indonesia, tetapi juga mengundang peserta dari luar negeri, serta asosiasi negara-negara ASEAN, South East Asia Iron & Steel Institute (SEAISI). "Tujuannya adalah membangun kekuatan kolektif yang solid, sehingga rantai pasok regional dapat menjadi pilar baru dalam membentuk kolaborasi dan sinergi yang lebih besar, kuat, dan berkelanjutan," paparnya.
Dengan sinergi antara pemerintah dan pelaku industri, diharapkan tantangan-tantangan ini dapat diatasi, mendorong industri baja nasional menjadi lebih tangguh dan kompetitif di kancah global.