Indonesia Akan Hentikan Impor BBM dari Singapura, Alihkan ke AS dan Timur Tengah
Tanggal: 13 Mei 2025 22:54 wib.
Tampang.com | Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana menghentikan impor bahan bakar minyak (BBM) dari Singapura. Rencana ini akan direalisasikan secara bertahap dan dijadwalkan mulai berlaku pada November 2025.
Alasan Indonesia Mengakhiri Impor BBM dari Singapura
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah melakukan evaluasi menyeluruh terhadap sumber-sumber impor BBM yang masuk ke Indonesia. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa harga BBM dari Singapura setara dengan harga BBM dari kawasan Timur Tengah.
"Kalau harganya sama, lebih baik kita mencari mitra lain yang secara geopolitik dan geoekonomi lebih menguntungkan," kata Bahlil dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (9/5/2025).
Ia juga menambahkan bahwa Singapura, sebagai negara tetangga yang sangat dekat, seharusnya bisa menawarkan harga yang lebih kompetitif dibanding negara lain.
Pertimbangan Geopolitik dan Geoekonomi
Langkah penghentian impor dari Singapura ini disebut Bahlil sebagai bagian dari upaya menjaga keseimbangan dalam kerja sama energi internasional. "Kita harus membuat keseimbangan dalam hal geopolitik dan geoekonomi. Tidak bisa bergantung hanya pada satu negara," tegasnya.
Langkah Pemerintah Menyambut Peralihan Impor BBM
Sebagai persiapan, pemerintah melalui PT Pertamina tengah membangun infrastruktur dermaga baru untuk mendukung pengangkutan BBM dalam jumlah besar dari negara-negara baru mitra impor. Selama ini, pengangkutan dari Singapura dilakukan menggunakan kapal berukuran kecil, yang dinilai kurang efisien untuk jangka panjang.
"Pertamina sedang mempersiapkan fasilitas agar kapal-kapal besar bisa langsung bongkar muat BBM di pelabuhan-pelabuhan kita," ujar Bahlil.
Mengapa Amerika Serikat dan Timur Tengah?
Bahlil mengungkapkan bahwa Indonesia telah memiliki perjanjian kerja sama dengan Amerika Serikat, yang mencakup pembelian produk energi seperti BBM, minyak mentah (crude), dan LPG. Timur Tengah, sebagai salah satu pusat produksi minyak dunia, juga menjadi mitra potensial dalam memenuhi kebutuhan energi nasional.
Respons Pertamina
Menanggapi rencana pemerintah ini, Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso, menyatakan kesiapan perusahaan dalam menjalankan arahan pemerintah. Namun, pihaknya masih menunggu petunjuk resmi sebelum mengambil langkah operasional.
"Sambil menunggu arahan resmi, kami akan mengkaji dan mensimulasikan seluruh aspek secara komprehensif, termasuk biaya logistik," ungkap Fadjar.