Indeks Dolar Menguat dan Ketidakpastian Suku Bunga Fed, Rupiah Diramal Melemah
Tanggal: 31 Jul 2024 11:38 wib.
Sejumlah analis mengharapkan rupiah akan menguat dalam perdagangan Selasa (30/7) setelah sehari sebelumnya mengalami dorongan dari ekspektasi penurunan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed.
Menurut data Bloomberg pada hari tersebut pukul 08.49 WIB, rupiah berada di level 16.281 per dolar AS, mengalami pelemahan sebesar 20 poin atau sekitar 0,12%.
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra, memproyeksikan bahwa rupiah kemungkinan akan mengalami pelemahan terhadap dolar AS hari itu. Ia melihat indeks dolar AS naik ke level 104,60 pada pagi tersebut. "Ini merupakan level yang belum tercapai sejak 12 Juli 2024," ujar Ariston kepada Katadata.co.id.
Ariston menilai bahwa pasar akan waspada terhadap data dan peristiwa ekonomi global penting yang akan dirilis dalam pekan tersebut. Hal ini menyebabkan pasar menahan diri untuk berinvestasi ke aset-aset berisiko, termasuk rupiah. Data dan peristiwa tersebut memiliki potensi mempengaruhi pergerakan harga di pasar keuangan.
Dia menambahkan bahwa pekan itu juga akan ada hasil rapat moneter Bank Sentral Jepang pada Rabu (31/7) dan Bank Sentral AS pada Kamis (1/8). Begitu juga dengan pengumuman PMI Cina dan data inflasi Eropa.
"Bagi pengumuman Bank Sentral AS yang sangat berpengaruh terhadap pergerakan dolar AS terhadap mata uang lainnya, pasar berharap The Fed akan lebih tegas dalam mendukung pemangkasan suku bunga acuan tahun ini. Namun demikian, melihat kondisi inflasi AS yang belum menurun dan sikap yang selalu memberikan pernyataan yang tidak pasti, hal ini mendorong pelaku pasar untuk bersikap menunggu sebelum hasilnya dirilis," ungkapnya.
Mengikuti pendapat Ariston, analis komoditas dan pasar uang, Lukman Leong, memproyeksikan bahwa rupiah akan melemah terhadap dolar AS yang mengalami rebound. "Investor sedang mengantisipasi serangkaian data ekonomi AS dan FOMC pekan tersebut. Rupiah hari itu berkisar di level 16.250 hingga 16.350 per dolar AS," ujar Lukman.
Sebaliknya, Senior Economist KB Valbury Sekuritas, Fikri C Permana, memproyeksikan bahwa rupiah berpeluang untuk melanjutkan penguatannya pada hari itu, Selasa (30/7). "Saya memperkirakan rupiah akan kembali menguat pada hari tersebut, kemungkinan akan berada di kisaran 16.192 hingga 16.292 per dolar AS," kata Fikri.
Fikri menjelaskan bahwa rupiah dapat menguat karena aliran modal yang masih terus masuk ke Indonesia. Hal ini terjadi baik dalam bentuk surat berharga negara (SBN), saham, maupun sekuritas rupiah Bank Indonesia.
Selain itu, hal tersebut juga dipengaruhi oleh rilis FDI Indonesia pada kuartal II 2024 yang mengalami peningkatan sebesar 16,6% secara tahunan. Begitu pula dengan melemahnya sentimen konsumen di Amerika Serikat.
"Kenaikan sentimen ekspektasi penurunan Fed Rate di FOMC mendatang dan rilis Dallas Fed Manufacturing Index tadi malam yang mengecewakan juga mempengaruhi proyeksi apresiasi rupiah pada hari itu," ujar Fikri.
Dengan adanya ketidakpastian terkait suku bunga The Fed dan pelemahan indeks dolar AS, rupiah menghadapi tekanan untuk melemah. Analisis selanjutnya dapat melibatkan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpastian pasar di Indonesia serta dampaknya pada kondisi ekonomi nasional.