Impor Barang Konsumsi Meningkat Tajam, Industri Lokal Mulai Keteteran!
Tanggal: 14 Mei 2025 20:02 wib.
Tampang.com | Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan peningkatan signifikan impor barang konsumsi selama kuartal pertama 2025. Mulai dari produk makanan, pakaian jadi, hingga elektronik rumah tangga, arus barang luar negeri terus membanjiri pasar domestik. Sementara itu, banyak pelaku industri dalam negeri mengeluhkan penurunan permintaan dan tekanan persaingan harga.
Konsumsi Nasional Dikuasai Produk Asing
Kepala BPS mencatat bahwa impor barang konsumsi naik 18,6 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Peningkatan tertinggi terjadi pada produk makanan olahan dan peralatan elektronik. Produk-produk ini tidak hanya bersaing, tetapi menggerus pasar lokal karena harga dan brand image yang dianggap lebih unggul.
“Kami mulai kesulitan bersaing, bahkan untuk pasar domestik sendiri,” keluh Andi Wijaya, pemilik usaha makanan kemasan lokal di Surabaya.
Industri Dalam Negeri Tak Cukup Terlindungi
Kebijakan proteksi terhadap industri lokal dinilai masih terlalu longgar. Penurunan tarif impor untuk berbagai komoditas dalam beberapa tahun terakhir memperparah kondisi ini. Di saat industri nasional butuh insentif dan pelindungan, pemerintah justru fokus pada deregulasi yang pro-pasar terbuka.
“Persaingan bebas memang bagus, tapi kalau tak ada perlindungan, industri kecil kita bisa mati perlahan,” ujar Niken Alifah, analis industri dari INDEF.
Defisit Neraca Perdagangan Bayangi
Lonjakan impor yang tidak diimbangi peningkatan ekspor menciptakan tekanan baru terhadap neraca perdagangan. Defisit perdagangan barang konsumsi telah menyentuh angka tertinggi sejak 2022, menjadi sinyal peringatan bagi stabilitas ekonomi jangka menengah.
Solusi: Prioritaskan Produk Lokal dan Evaluasi Kebijakan Impor
Pengamat menyarankan adanya evaluasi tarif bea masuk untuk komoditas tertentu, serta insentif fiskal bagi industri lokal yang bisa menekan ketergantungan impor. Selain itu, kampanye masif “Cinta Produk Lokal” perlu disertai dengan peningkatan kualitas dan daya saing produk dalam negeri.
“Jangan sampai pasar kita jadi tempat pelampiasan produk luar, sementara pabrik kita berguguran satu per satu,” tegas Niken.