IHSG Dibuka di Zona Merah, Rupiah Menguat di Pasar Spot
Tanggal: 21 Sep 2024 21:31 wib.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak di zona merah pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (20/9/2024). Meskipun demikian, mata uang Garuda justru menguat pada perdagangan pasar spot. Sebanyak 201 saham melaju di zona hijau dan 120 saham di zona merah. Sementara itu, 220 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1,22 triliun dengan volume 1,47 juta saham.
Pada awal perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, IHSG dibuka di zona merah. Penurunan IHSG sebesar 0,5 persen menjadi 6.200. Ini terjadi setelah adanya ekspektasi investor atas kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan. Kondisi ini juga terjadi akibat peningkatan suku bunga acuan Bank Indonesia dan kekhawatiran terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang diakibatkan oleh perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Rupiah juga terbawa turun bersamaan dengan IHSG, dimana rupiah melemah sebesar 0,2 persen menjadi Rp 14.200 per dolar AS.
Namun, di sisi lain, rupiah justru menguat pada perdagangan pasar spot. Pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot bertengger di level Rp 14.150. Meskipun demikian, analis menyebutkan bahwa penguatan rupiah di pasar spot ini tidak terlalu signifikan, karena adanya kekhawatiran terhadap kenaikan suku bunga global membuat para investor melakukan aksi jual dolar AS.
Menurut analis, pergerakan IHSG dan nilai tukar rupiah saat ini dipengaruhi oleh beragam faktor. Mulai dari kebijakan suku bunga Bank Indonesia, perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok, hingga kenaikan suku bunga global. Para investor juga tidak bisa mengabaikan sentimen internal seperti neraca perdagangan Indonesia yang mengalami defisit pada bulan Agustus 2024 sebanyak 1,56 miliar dolar AS.
Di sisi lain, kondisi IHSG dan rupiah juga dipengaruhi oleh aksi jual investor asing. Sejak awal tahun ini, investor asing terus melakukan aksi jual bersih sebesar Rp 5,3 triliun. Sentimen negatif mereka disebabkan oleh kondisi perekonomian global yang tidak menentu dan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun, di sisi lain, aksi jual investor asing tersebut diimbangi dengan aksi beli investor lokal yang cukup besar, memberikan sentimen positif terhadap IHSG.
Meskipun demikian, para analis masih menyarankan agar para investor tetap berhati-hati dalam melakukan investasi. Sebuah kondisi pasar yang masih dipengaruhi oleh beragam sentimen eksternal dan internal dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap IHSG dan nilai tukar rupiah. Oleh karena itu, langkah bijak bagi para investor adalah untuk selalu memantau perkembangan situasi ekonomi global serta kebijakan-kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi pergerakan IHSG dan rupiah.
Dengan beragam faktor yang memengaruhi pergerakan IHSG dan nilai tukar rupiah, para investor diharapkan untuk tetap waspada dalam melakukan keputusan investasi. Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh pihak yang terlibat dalam dunia finansial untuk tetap mengambil keputusan yang bijak dan tepat dalam menghadapi dinamika pasar yang tidak menentu.