Harga Sembako Naik Lagi Pasca-Lebaran, Dompet Rakyat Terus Menipis!

Tampang.com | Masyarakat Indonesia kembali dibayangi kenaikan harga sembako seperti beras, minyak goreng, gula, dan cabai pasca-Lebaran 2025. Lonjakan ini memicu kekhawatiran karena terjadi di luar pola musiman, dan mulai menggerus daya beli rumah tangga menengah ke bawah.

Harga Naik Tanpa Jeda, Masyarakat Tak Punya Ruang Nafas

Sejumlah pedagang dan pembeli mengeluhkan bahwa harga bahan pokok tidak turun usai Idulfitri seperti biasanya. Di beberapa wilayah, harga beras medium menembus Rp14.000/kg, gula pasir Rp18.000/kg, dan cabai rawit menyentuh Rp90.000/kg.

“Biasanya setelah Lebaran turun, ini malah makin naik. Belanja mingguan sekarang makin dipangkas,” ujar Sari, ibu rumah tangga di Solo.

Stok Aman, Tapi Rantai Distribusi Bermasalah

Menurut laporan Kementerian Perdagangan, stok nasional untuk komoditas utama sebenarnya masih aman. Namun distribusi yang tersendat dan biaya logistik tinggi disebut sebagai penyebab utama ketidakstabilan harga.

“Masalah bukan di pasokan, tapi distribusi. Ongkos angkut, cuaca, dan infrastruktur lokal jadi hambatan utama,” kata Faisal Arif, pengamat pangan dari UI.

Inflasi Pangan Bayangi Kesejahteraan Rakyat

Inflasi sektor pangan kini menjadi pendorong utama kenaikan harga-harga lainnya, termasuk jasa dan kebutuhan sekunder. Jika tidak ditangani segera, kondisi ini bisa memperbesar angka kemiskinan.

“Kenaikan harga sembako itu efek domino. Daya beli turun, konsumsi lesu, ekonomi rakyat makin tertekan,” tambah Faisal.

Solusi: Reformasi Distribusi dan Intervensi Harga Lebih Cepat

Pemerintah perlu mempercepat reformasi rantai pasok pangan dengan memperkuat distribusi lokal dan memperbanyak intervensi harga lewat operasi pasar. Selain itu, digitalisasi sistem distribusi juga dinilai krusial agar lebih responsif terhadap gejolak harga.

“Jangan tunggu panik baru bertindak. Intervensi harga harus antisipatif, bukan reaktif,” tutup Faisal.