Sumber foto: Google

Harga Pangan Tak Kunjung Turun, Dompet Masyarakat Makin Tipis!

Tanggal: 10 Mei 2025 08:28 wib.
Tampang.com | Lonjakan harga pangan belakangan ini semakin menekan daya beli masyarakat Indonesia. Beras, cabai, telur, bahkan minyak goreng mengalami kenaikan harga yang signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Di tengah upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi, kondisi ini menjadi pukulan telak bagi banyak rumah tangga berpenghasilan rendah.

Data BPS Ungkap Inflasi Tertinggi Datang dari Sektor Pangan
Berdasarkan laporan terbaru Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tertinggi selama tiga bulan terakhir justru disumbang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Harga beras naik hingga 20% di beberapa wilayah, sedangkan cabai rawit melonjak lebih dari 30%.

“Setiap minggu kami harus menyesuaikan harga jual. Kalau tidak, kami rugi,” keluh Fitri, pedagang sembako di Pasar Cibubur. Ia mengaku sulit mempertahankan pelanggan karena daya beli mereka terus menurun.

Masyarakat Dipaksa Berhemat, Tapi Tetap Terjepit
Kenaikan harga tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan. Buruh harian, pekerja informal, hingga ibu rumah tangga menjadi pihak yang paling terdampak. Banyak yang akhirnya mengurangi konsumsi pangan bergizi karena keterbatasan anggaran.

“Dulu bisa beli daging seminggu sekali, sekarang dua minggu pun belum tentu. Kami lebih sering beli mi instan,” ujar Rini, ibu dua anak di Bekasi.

Di Mana Peran Pemerintah?
Pemerintah telah menjalankan program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) melalui Bulog, namun distribusinya belum merata. Banyak pasar tradisional di daerah yang tidak mendapatkan pasokan langsung, sehingga harga tetap melambung tinggi.

Pengamat ekonomi dari INDEF, Bhima Yudhistira, menilai bahwa pemerintah terlalu reaktif dalam mengatasi gejolak harga. “Kebijakan seperti operasi pasar itu hanya solusi jangka pendek. Yang dibutuhkan adalah perbaikan sistem distribusi pangan nasional agar tidak tergantung pada sentra tertentu,” jelasnya.

Solusi Sistemik yang Ditunggu Publik
Kenaikan harga pangan akan terus menjadi siklus tahunan jika tidak ada reformasi pada sektor pertanian dan logistik. Pemerintah didesak memperkuat ketahanan pangan nasional, termasuk dengan mendorong diversifikasi produk dan modernisasi rantai pasok.

Langkah lain yang juga penting adalah memperluas perlindungan sosial untuk kelompok miskin dan rentan. Bantuan langsung tunai dan subsidi pangan harus lebih tepat sasaran dan cepat tersalurkan.

Jika harga pangan terus naik tanpa kendali, bukan hanya konsumsi masyarakat yang terganggu, tetapi stabilitas sosial juga bisa ikut terancam.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved