Sumber foto: Google

Harga Pangan Naik Tak Kunjung Turun, Rakyat Cuma Bisa Pasrah?

Tanggal: 1 Jun 2025 09:35 wib.
Tampang.com | Masyarakat kembali dibuat resah oleh lonjakan harga berbagai bahan pangan pokok yang belum menunjukkan tanda-tanda akan turun. Mulai dari beras, telur, cabai, hingga minyak goreng, semuanya mengalami kenaikan harga yang signifikan. Di sisi lain, pendapatan masyarakat tidak mengalami peningkatan, membuat daya beli terus tergerus.

Harga Naik Setiap Pekan, Pedagang dan Konsumen Sama-Sama Mengeluh

Di pasar tradisional, keluhan muncul baik dari penjual maupun pembeli. Pedagang kesulitan mendapatkan stok dengan harga masuk akal dari distributor, sementara konsumen mulai mengurangi jumlah belanja karena harga semakin tak terjangkau.

“Beras naik terus, sekarang susah cari yang di bawah Rp13.000 per kilogram,” keluh seorang ibu rumah tangga di Bekasi. Ia mengaku harus mengurangi belanja lauk dan camilan untuk anaknya agar kebutuhan utama tetap terpenuhi.

Distribusi Terhambat, Spekulan Bermain

Lonjakan harga tak sepenuhnya disebabkan oleh produksi yang menurun. Beberapa pelaku pasar menduga ada permainan harga dari spekulan serta distribusi yang tidak lancar. Ketergantungan terhadap sistem logistik yang rentan menambah tekanan pada harga jual di pasaran.

“Dari gudang ke pedagang, selisihnya bisa dua sampai tiga ribu. Ini bukan cuma soal cuaca atau panen, tapi soal siapa yang ambil untung di tengah kesulitan,” ungkap seorang pedagang grosir di wilayah Jawa Tengah.

Bantuan Sosial Tidak Menyentuh Masalah Utama

Pemerintah telah menyalurkan bantuan sosial dalam bentuk sembako atau bantuan tunai, tetapi solusi ini dianggap tidak menyentuh akar persoalan. Bantuan hanya bersifat sementara, sedangkan harga-harga terus melonjak dan kestabilan belum tercapai.

“Sembako gratis sekali dua kali mungkin bisa bantu. Tapi bagaimana bulan depan, atau tiga bulan lagi?” kata seorang buruh harian lepas yang mengaku hanya mendapat bantuan satu kali sejak awal tahun.

Produksi Nasional Terancam, Petani pun Terjepit

Ironisnya, para petani pun tidak menikmati harga jual tinggi karena biaya produksi meningkat pesat. Pupuk mahal, bibit langka, dan alat pertanian yang tak memadai membuat margin keuntungan mereka semakin tipis. Petani penghasil justru menjadi korban sistem yang tak berpihak.

“Kalau harga naik tapi ongkos tanam juga naik, ya kami tetap rugi. Untungnya lari ke mana?” ujar seorang petani padi dari Kabupaten Sragen.

Desakan Akan Reformasi Ketahanan Pangan

Pengamat ekonomi menyarankan adanya reformasi besar-besaran dalam sistem ketahanan pangan nasional. Distribusi harus diawasi ketat, stok nasional dikelola secara transparan, dan peran spekulan dipangkas dengan kebijakan pengendalian harga yang tegas.

Selain itu, perlindungan terhadap petani kecil dan penguatan koperasi pangan dinilai bisa menjadi solusi jangka panjang agar harga pangan tidak terus menjadi alat permainan pasar bebas yang tak terkendali.

“Kalau rakyat terus dicekik harga kebutuhan pokok, dampaknya bukan hanya ekonomi, tapi juga stabilitas sosial,” tegas salah satu pengamat ketahanan pangan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved