Sumber foto: Google

Harga Pangan Naik Menjelang Iduladha, Siapa yang Paling Terdampak?

Tanggal: 10 Mei 2025 12:04 wib.
Tampang.com | Mendekati Hari Raya Iduladha 2025, harga berbagai bahan pangan strategis kembali merangkak naik di pasar-pasar tradisional. Daging sapi, ayam, cabai, beras, dan minyak goreng menjadi komoditas yang paling terdampak. Fenomena ini bukan hal baru, tapi tetap menimbulkan tekanan berat bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Mengapa kenaikan harga terus terjadi tanpa solusi jangka panjang?

Lonjakan Harga Tanpa Kendali
Data dari Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) per awal Mei 2025 menunjukkan bahwa harga daging sapi naik hingga Rp150.000/kg, cabai merah menyentuh Rp90.000/kg, dan beras medium kembali naik ke Rp14.500/kg.

“Baru kemarin beli daging Rp130 ribu, sekarang udah naik lagi. Gaji segitu-gitu aja, kebutuhan makin mahal,” keluh Ibu Marni, buruh harian di Tangerang.

Distribusi Terganggu, Biaya Logistik Membengkak
Salah satu penyebab utama kenaikan adalah distribusi yang terhambat, terutama akibat kemarau panjang yang memengaruhi hasil panen dan memperparah kondisi jalan di sentra produksi.

“Biaya angkut dari petani ke pasar melonjak karena BBM dan infrastruktur jalan yang buruk. Akhirnya harga di pasar ikut terdongkrak,” jelas Hendro Kusumo, analis ekonomi pangan dari INDEF.

Spekulan Bermain di Tengah Kebutuhan Tinggi
Kondisi menjelang hari besar keagamaan kerap dimanfaatkan oleh pelaku pasar yang menimbun barang untuk mencari keuntungan lebih. Pemerintah sudah mengeluarkan peringatan, namun penindakan di lapangan dinilai masih lemah.

“Pasar dikuasai segelintir pemain besar. Kalau mereka tahan stok, harga pasti naik. Ini sudah berulang kali terjadi,” kata Hendro.

Subsidi dan Operasi Pasar Tak Menyentuh Akar Masalah
Kementerian Perdagangan bersama Bulog memang menggelar operasi pasar, namun dampaknya kerap tidak merata. Banyak warga di daerah pelosok tidak merasakan intervensi harga.

“Operasi pasar itu bagus, tapi hanya sementara dan jangkauannya terbatas. Akar masalahnya tetap soal struktur distribusi dan kontrol pasar yang longgar,” ujar Dwi Lestari, pengamat kebijakan publik dari Universitas Padjadjaran.

Siapa yang Paling Terdampak?
Kenaikan harga pangan paling berat dirasakan oleh masyarakat di kelas ekonomi bawah, terutama buruh harian, pedagang kecil, dan rumah tangga tanpa penghasilan tetap. Mereka terpaksa mengurangi konsumsi atau beralih ke bahan pangan berkualitas lebih rendah.

“Sekarang beli ayam seminggu sekali pun mikir dua kali. Padahal ini kebutuhan dasar, bukan kemewahan,” ujar Pak Harun, warga Kabupaten Indramayu.

Langkah Jangka Panjang: Reformasi Pasar dan Distribusi
Pemerintah didorong untuk tidak hanya mengandalkan kebijakan jangka pendek, tapi memperbaiki rantai pasok dari hulu ke hilir—dari produksi, distribusi, hingga pengawasan harga.

“Kita butuh tata niaga pangan yang transparan, distribusi yang efisien, dan penegakan hukum yang tegas terhadap penimbunan. Tanpa itu, masyarakat akan terus jadi korban,” tegas Hendro.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved