Harga Naik, Gaji Tetap! Mengapa Daya Beli Rakyat Terus Tergerus?
Tanggal: 11 Mei 2025 09:56 wib.
Tampang.com | Harga kebutuhan pokok di Indonesia terus merangkak naik dalam beberapa tahun terakhir. Namun sayangnya, kenaikan gaji atau upah tak sejalan dengan laju inflasi. Akibatnya, daya beli masyarakat—terutama kelas pekerja—semakin melemah. Situasi ini memicu kekhawatiran tentang ketimpangan dan potensi stagnasi ekonomi domestik.
Beras, Telur, BBM Naik, Tapi UMR Jalan di Tempat
Badan Pusat Statistik mencatat inflasi tahunan mencapai 4,2% per April 2025. Komoditas seperti beras, telur, dan bahan bakar menyumbang kenaikan signifikan. Di sisi lain, rata-rata kenaikan UMR nasional hanya 1,5% pada awal tahun.
“Ini artinya, secara riil gaji kita menyusut. Kenaikan gaji tak mampu mengejar lonjakan harga,” kata Dian Paramita, ekonom dari INDEF.
Dampak pada Konsumsi dan Pertumbuhan
Melemahnya daya beli masyarakat berdampak langsung pada sektor konsumsi rumah tangga—komponen penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Banyak rumah tangga terpaksa mengurangi belanja non-pokok, dari rekreasi hingga pendidikan anak.
“Kita masuk ke fase penghematan massal, dan ini bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi nasional,” tambah Dian.
UMKM dan Pekerja Informal Paling Terpukul
Para pelaku UMKM dan pekerja sektor informal yang bergantung pada konsumsi masyarakat kini mulai kesulitan. Penurunan omset hingga 30% dialami oleh banyak pedagang kecil sejak awal tahun.
“Dulu sehari bisa dapat Rp500 ribu, sekarang paling Rp300 ribu. Modal makin mahal, pembeli makin irit,” ujar Surya, pedagang sembako di Semarang.
Solusi: Perlu Keseimbangan Upah dan Kebijakan Harga
Para ahli menilai pemerintah harus mengintervensi dengan kebijakan ganda: mendorong kenaikan upah minimum yang rasional serta menstabilkan harga pangan melalui kebijakan distribusi dan logistik yang lebih efisien.
“Kalau tidak ada upaya menjaga keseimbangan, maka jurang ketimpangan ekonomi akan makin lebar,” tegas Dian.