Sumber foto: Google

Harga Naik, Dompet Menjerit! Inflasi Terkendali atau Hanya Data di Atas Kertas?

Tanggal: 13 Mei 2025 23:40 wib.
Tampang.com | Pemerintah menyebut inflasi nasional per April 2025 berada pada level “terkendali”, namun kenyataan di lapangan menunjukkan hal sebaliknya. Harga sejumlah kebutuhan pokok seperti beras, cabai, telur, dan minyak goreng terus merangkak naik.

Di pasar tradisional, harga beras premium kini menembus Rp16.500 per kilogram, naik hampir 20% dibanding awal tahun. Sementara itu, biaya transportasi, sewa rumah, dan kebutuhan pendidikan ikut meningkat secara perlahan tapi pasti.

Statistik Stabil, Realita Tak Terjangkau
Menurut data BPS, inflasi tahunan berada di angka 3,2%, masih dalam batas target pemerintah. Namun, masyarakat mempertanyakan indikator yang digunakan karena tidak mencerminkan beban pengeluaran harian mereka.

“Kalau dilihat dari statistik mungkin kelihatan bagus. Tapi di warung, harga naiknya nyata dan bikin pusing,” keluh Siti Mariam, ibu rumah tangga di Bekasi.

Daya Beli Melemah, Utang Rumah Tangga Meningkat
Survei dari Lembaga Penelitian Ekonomi dan Keuangan menunjukkan bahwa daya beli masyarakat kelas menengah ke bawah terus menurun sejak awal tahun. Bahkan, 1 dari 3 keluarga urban kini mulai mengambil cicilan tambahan atau meminjam demi mencukupi kebutuhan harian.

“Bukan soal ingin hidup mewah, tapi untuk sekadar bertahan pun sudah sulit,” ujar Bambang, karyawan swasta di Surabaya.

Gaji Tak Naik, Beban Meningkat
Fenomena stagnasi upah makin memperburuk situasi. Banyak pekerja formal maupun informal tidak mendapatkan penyesuaian gaji yang sepadan dengan inflasi. Akibatnya, konsumsi rumah tangga — mesin utama penggerak ekonomi — justru melambat.

“Jika konsumsi stagnan, pertumbuhan ekonomi juga terancam. Ini bisa berujung ke kontraksi yang lebih luas,” kata Arief Hidayat, ekonom dari INDEF.

Solusi: Transparansi Data dan Fokus pada Subsidi Tepat Sasaran
Para pengamat menilai bahwa pemerintah perlu menyesuaikan strategi pengendalian inflasi dengan kondisi nyata masyarakat. Langkah-langkah seperti subsidi pangan langsung, penguatan operasi pasar, dan transparansi distribusi menjadi sangat penting.

“Sekarang bukan saatnya bicara angka statistik saja. Pemerintah harus mendengar langsung keluhan rakyat dan mengatasinya secara konkret,” tambah Arief.

Ekonomi Boleh Tumbuh, Tapi Jangan Abaikan Perut Rakyat
Klaim pertumbuhan ekonomi dan inflasi terkendali menjadi tidak relevan jika mayoritas rakyat merasa semakin sulit hidup. Ekonomi bukan hanya soal angka, tapi tentang kesejahteraan yang dirasakan nyata oleh masyarakat luas.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved