Sumber foto: Google

Harga Minyak Turun Pada Senin (22/4) Pagi, Melanjutkan Pelemahan di Dua Pekan Terakhir

Tanggal: 25 Apr 2024 22:50 wib.
Harga minyak terus mengalami pelemahan dalam dua pekan terakhir. Pada Senin (22/4) pukul 8.12 WIB, harga minyak WTI kontrak Mei 2024 menurun tipis sebesar 0,16% menjadi US$ 83,01 per barel dari posisi akhir pekan sebelumnya, yaitu US$ 83,14 per barel.

Dalam kurun waktu seminggu, harga minyak WTI turun sebesar 2,81%, sementara harga minyak Brent kontrak Juni 2024 turun sebesar 3,73%. Pada hari itu saja, harga minyak Brent turun sebesar 0,63% menjadi US$ 86,74 per barel.

Penurunan harga minyak ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah respons Israel terhadap serangan drone dan rudal Iran pada 13 April sebagai tanggapan atas dugaan serangan udara Israel pada 1 April yang menghancurkan sebuah bangunan di kompleks kedutaan Iran di Damaskus.

Tim Snyder, seorang ekonom di Matador Economics, menyatakan bahwa respons ini merupakan sekadar pertunjukan besar sehingga pasar bereaksi dengan cepat terhadap perkembangan ini.

Sementara itu, anggota parlemen AS menambahkan sanksi terhadap ekspor minyak Iran ke dalam paket bantuan Ukraina yang tertunda setelah serangan Teheran terhadap Israel akhir pekan lalu. Iran sendiri merupakan produsen minyak terbesar ketiga di Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC), menurut data Reuters. 

Selain ketegangan geopolitik, diperkirakan bahwa OPEC+ akan mulai meningkatkan produksi minyak mulai bulan Juli. Hal ini merupakan hasil kesepakatan bulan lalu dimana anggota OPEC+ menyetujui untuk memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari hingga akhir Juni. Kesepakatan ini telah membantu menjaga harga minyak tetap tinggi.

Analis dari Goldman Sachs dan Commerzbank pun telah menaikkan perkiraan minyak mentah Brent mereka, dengan mempertimbangkan ketegangan geopolitik, prospek peningkatan permintaan, serta terbatasnya pasokan oleh OPEC dan sekutunya (OPEC+).

Giovanni Staunovo, seorang analis dari UBS, menambahkan bahwa permintaan minyak tumbuh pada kecepatan yang sehat, sementara pasokan akan terbatas karena perpanjangan pengurangan produksi sukarela OPEC+.

Namun ada beberapa sinyal positif yang muncul, terutama dari perusahaan-perusahaan energi AS. Mereka yang menambah rig minyak dan gas alam untuk pertama kalinya dalam lima minggu, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes. Hal ini sekaligus menjadi indikator awal dari perkiraan produksi di masa depan, dengan jumlah rig minyak dan gas naik 2 rig menjadi 619 rig dalam minggu yang berakhir tanggal 19 April.

Dengan kondisi yang terus berfluktuasi, pasar minyak dunia tampaknya masih akan mengalami gejolak dalam waktu yang akan datang. Meskipun demikian, keterlibatan banyak negara produsen minyak dan upaya untuk menjaga keseimbangan pasokan dan permintaan merupakan langkah yang sangat diperlukan untuk menjaga kestabilan harga minyak dunia.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved