Sumber foto: Unsplash

Harga Minyak Tergelincir Lagi, Dolar AS Kuat Memengaruhi Sentimen Konsumen dan Permintaan Minyak

Tanggal: 17 Jun 2024 20:28 wib.
Harga minyak kembali tergelincir setelah data AS menunjukkan adanya pelemahan sentimen konsumen. Berdasarkan data Refinitiv, perdagangan Jumat lalu (14/6/2024) mencatat harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS menyusut 0,22% menjadi US$ 78,45 per barel. Sementara itu, harga jenis Brent terkoreksi 0,16% ke posisi US$ 82,62 per barel. Hal ini mengakhiri reli untuk empat hari berturut-turut.

Pengecekan harga pagi ini, Senin (17/6/2024) hingga pukul 10.15 WIB, menunjukkan harga minyak mentah WTI masih terkoreksi 0,18% menuju US$ 78,31 per barel. Demikian pula, Brent merosot 0,30% menjadi 82,37 per barel.

Pelemahan harga minyak mentah ini tampaknya merespons kekuatan indeks dolar AS, yang terlihat masih cukup stabil. Setelah bank sentral AS, the Fed, memutuskan untuk kembali menahan suku bunga dan memberikan revisi dot plot terkait perkiraan pemangkasan pertama suku bunga di akhir tahun. Akibatnya, indeks DXY AS kembali menguat dan tetap bertahan di atas 105.

Pasar memandang bahwa kekuatan dolar AS membuat harga beli minyak terasa mahal bagi mata uang negara lainnya, terutama bagi pasar-pasar emerging. Akibatnya, prospek penurunan permintaan menjadi pemicu terdepresiasinya harga minyak.

Prospek penurunan dari sisi permintaan ini juga sejalan dengan melemahnya sentimen konsumen AS dan data ekonomi Tiongkok yang beragam. Data yang dirilis pada hari Jumat menunjukkan penurunan sentimen konsumen AS ke level terendah dalam tujuh bulan pada bulan Juni, di tengah kekhawatiran mengenai keuangan pribadi dan inflasi.

Di sisi lain, data terbaru dari China menunjukkan adanya peningkatan produksi industri dan investasi aset tetap, meskipun masih belum sesuai dengan perkiraan pada bulan Mei. Namun, penjualan ritelnya berhasil melampaui perkiraan.

Sebelumnya, pada pekan lalu, harga minyak sudah naik hampir 4% di tengah membaiknya prospek permintaan global. Kebijakan produksi dari OPEC saat ini masih tetap mendukung pasar. Meskipun mereka mengumumkan bahwa mereka dapat mulai menghentikan pemotongan barang secara bertahap mulai bulan Oktober, kelompok produsen minyak tersebut menekankan bahwa mereka akan memaksa anggota yang tidak patuh untuk mengurangi produksi dalam beberapa bulan mendatang.

Pelemahan harga minyak kali ini merupakan dampak dari berbagai faktor, terutama kuatnya dolar AS dan turunnya sentimen konsumen AS. Hal tersebut turut memengaruhi prospek penurunan permintaan minyak. Sehingga, hal ini bisa menjadi pertimbangan bagi pelaku pasar dan pemerintah dalam merencanakan strategi untuk menghadapi fluktuasi harga minyak yang terjadi secara terus menerus.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved