Harga Minyak Mentah Terus Merosot, Investor Khawatir Terhadap Penurunan Permintaan dari China
Tanggal: 31 Jul 2024 17:25 wib.
Harga minyak mentah turun sekitar 1 persen dan mencapai level terendah dalam tujuh minggu pada hari Selasa (30/7). Penurunan ini disebabkan oleh kekhawatiran investor terhadap melemahnya permintaan dari China, sementara OPEC+ tampaknya akan tetap berpegang pada rencana untuk meningkatkan pasokan.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun sebesar USD 1,15 atau 1,4 persen, menjadi USD 78,63 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga mengalami penurunan sebesar USD 1,08 atau 1,4 persen, menjadi USD 74,73 per barel.
Penurunan harga juga terjadi pada komoditas lainnya, seperti batu bara yang turun pada penutupan perdagangan Selasa kemarin. Berdasarkan bursa ICE Newcastle (Australia), harga batu bara kontrak pengiriman Agustus 2024 turun 0,85 persen menjadi USD 139,25 per ton.
Tak hanya minyak mentah, harga minyak kelapa sawit (CPO) juga terpantau turun pada penutupan perdagangan Selasa. Harga CPO kontrak Agustus 2024 turun dari MYR 4,090 per ton menjadi MYR 4,040 per ton, menurut data dari bursamalaysia.com.
Di sisi lain, harga nikel mengalami kenaikan pada penutupan perdagangan Selasa. Berdasarkan London Metal Exchange (LME), harga nikel ditutup naik 0,27 persen menjadi USD 15.837 per ton. Meskipun begitu, harga timah justru mengalami penurunan pada penutupan perdagangan yang sama. Harga timah berdasarkan LME berakhir turun 1,76 persen menjadi USD 28.779 per ton.
Kondisi ini menjadi perhatian serius bagi para investor, terutama dengan adanya kekhawatiran terhadap permintaan minyak mentah dari China. Pasalnya, China merupakan salah satu konsumen terbesar minyak mentah dan komoditas-komoditas sumber energi lainnya di dunia. Turunnya permintaan dari China juga berdampak secara global, baik dari segi ekonomi maupun harga-harga komoditas tersebut.
Selain itu, OPEC+ yang terus berpegang pada rencana untuk meningkatkan pasokan juga merupakan faktor yang mengkhawatirkan para investor. Rencana ini berpotensi membuat kelebihan pasokan dan menekan harga minyak mentah lebih lanjut.
Dari sisi lain, penurunan harga komoditas lainnya seperti batu bara, CPO, dan timah juga menunjukkan adanya volatilitas yang terjadi di pasar komoditas global. Hal ini juga dapat diartikan sebagai indikasi menguatnya kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi global dan aktivitas industri.
Sebagai investor, kondisi ini tentu menjadi perhatian serius dalam mengelola portofolio investasi. Penurunan harga komoditas dapat berdampak pada kinerja sektor industri terkait dan tentu juga berpotensi mempengaruhi nilai tukar mata uang, terutama bagi negara-negara yang bergantung pada ekspor komoditas.
Para investor perlu terus memantau perkembangan pasar komoditas serta faktor-faktor eksternal yang dapat memengaruhi harga-harga tersebut. Selain itu, diversifikasi portofolio investasi juga menjadi strategi penting untuk mengurangi risiko akibat volatilitas pasar komoditas.