Sumber foto: Google

Harga Komoditas Global Masih Lesu Meski AS-China Longgarkan Tarif Perdagangan

Tanggal: 25 Mei 2025 18:00 wib.
Tampang.com | Meski tensi perang dagang antara Amerika Serikat dan China mulai mereda dengan kesepakatan penurunan tarif impor selama 90 hari, kinerja sejumlah komoditas global seperti energi, pangan, dan logam justru masih menunjukkan tren penurunan. Hal ini diungkapkan langsung oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers pada Jumat (23/5/2025).

Menurut Sri Mulyani, harga beberapa komoditas utama dunia cenderung melemah, termasuk minyak bumi. "Harga komoditas saat ini beberapa cenderung melemah seperti minyak," ujarnya.

Per Mei 2025 (penutupan 21 Mei), harga minyak dunia tercatat di level US$ 64,9 per barel. Angka ini turun 2,9 persen secara bulanan (month to month/MtM), 13 persen sejak awal tahun (year to date/YtD), dan 14,5 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (year on year/YoY).

Harga batu bara juga mengalami tekanan dengan catatan US$ 100,4 per ton. Meski mencatat kenaikan 5,7 persen secara bulanan, harga batu bara turun signifikan 19,8 persen secara YtD dan 20,1 persen YoY. Sri Mulyani menambahkan bahwa pelemahan ini berpotensi mengganggu target penerimaan negara dari sektor Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Sementara di sektor pangan, harga crude palm oil (CPO) berada di angka US$ 914,4 per ton. Harga ini turun 2,5 persen MtM dan 16,9 persen YtD, meskipun masih menunjukkan kenaikan 19,7 persen secara tahunan. Adapun harga beras global tercatat US$ 13,2 per cwt, mengalami penurunan di seluruh indikator: 2,8 persen MtM, 6,2 persen YtD, dan 24,5 persen YoY. Penurunan ini dipengaruhi oleh pasokan global yang meningkat seiring panen yang melimpah.

Di sektor logam, harga nikel melemah tipis 0,1 persen secara bulanan dan turun tajam 10,8 persen secara tahunan. Namun, sepanjang tahun berjalan, harga nikel masih tumbuh 1,8 persen dengan posisi saat ini di angka US$ 15.602 per ton.

Sementara itu, tembaga menjadi salah satu komoditas yang menunjukkan performa positif. Harga tembaga mencapai US$ 9.533,5 per ton, naik 3,8 persen MtM, 8,7 persen YtD, dan 4,1 persen YoY.

Kondisi ini menunjukkan bahwa pelemahan harga komoditas tidak selalu selaras dengan dinamika geopolitik semata, melainkan juga dipengaruhi oleh suplai, permintaan global, dan sentimen pasar yang masih belum pulih sepenuhnya. Pemerintah pun tetap waspada terhadap dampaknya terhadap penerimaan negara dan stabilitas ekonomi dalam jangka menengah.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved