Harga Emas Tembus Rekor! Di Balik Krisis AS dan Ketegangan Global, Emas Kembali Jadi Raja Investasi
Tanggal: 15 Okt 2025 20:25 wib.
Di tengah kekacauan ekonomi global dan meningkatnya ketegangan geopolitik, emas kembali menunjukkan tajinya sebagai aset safe haven. Dalam minggu kedua Oktober 2025, harga emas dunia resmi menembus rekor baru, mencapai USD 2.450 per troy ounce, melampaui rekor sebelumnya yang sempat tercapai pada awal 2023.
Kenaikan ini bukan terjadi tanpa alasan. Kombinasi krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat, ketegangan di Timur Tengah, serta perlambatan ekonomi China menciptakan badai ketidakpastian yang memicu pelarian modal ke aset yang dianggap paling aman selama ribuan tahun: emas.
Emas: Pemenang di Tengah Ketidakpastian
Di saat pasar saham terguncang, obligasi pemerintah AS kehilangan daya tarik, dan mata uang utama bergejolak, emas justru tampil sebagai “penyelamat” portofolio. Lonjakan harga emas kali ini bahkan disebut sebagai salah satu reli paling signifikan dalam dua dekade terakhir.
Kenaikan ini didorong oleh tiga faktor utama:
Ketidakstabilan politik dan ekonomi di Amerika Serikat, termasuk kemungkinan gagal bayar utang pemerintah akibat kebuntuan politik di Kongres.
Ketegangan geopolitik yang meningkat, terutama konflik antara Israel dan kelompok bersenjata di Timur Tengah, serta gesekan antara China dan Taiwan yang terus memanas.
Tingginya permintaan fisik dari bank sentral, terutama negara-negara berkembang yang terus meningkatkan cadangan emas mereka untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
Krisis di AS: Dari Resesi Hingga Ancaman Shutdown
Salah satu pemicu utama kenaikan harga emas adalah ketidakpastian politik dalam negeri Amerika Serikat. Pemerintah federal kembali terancam shutdown karena belum disepakatinya anggaran negara. Ditambah lagi, inflasi yang masih tinggi dan suku bunga The Fed yang stagnan membuat pasar semakin gugup.
Dolar AS, yang biasanya menjadi aset pelarian utama, justru melemah terhadap sejumlah mata uang utama lainnya. Para investor global pun mulai kehilangan kepercayaan dan beralih ke emas sebagai aset lindung nilai terhadap ketidakpastian.
Menurut analis dari JP Morgan, “Emas kini kembali menjadi simbol stabilitas di tengah dunia yang tidak menentu. Kekhawatiran akan resesi global dan krisis fiskal di AS membuat logam mulia ini menjadi pilihan rasional.”
Ketegangan Global Picu Lonjakan Permintaan
Selain krisis ekonomi, konflik internasional juga berkontribusi besar terhadap reli harga emas. Ketegangan yang terus meningkat antara Israel dan Hamas, serta potensi eskalasi regional yang melibatkan Iran, menyebabkan pasar global dalam posisi siaga tinggi.
Di sisi lain, konflik dagang dan militer antara China dan Taiwan juga membuat investor gelisah. Beberapa analis bahkan menyebut situasi ini sebagai “flashpoint berikutnya” yang dapat memicu gejolak ekonomi global yang lebih luas.
Dalam situasi ini, emas dipandang sebagai satu-satunya aset yang benar-benar netral tidak terpengaruh kebijakan politik, tidak bisa “dicetak”, dan tidak bergantung pada utang negara manapun.
Bank Sentral Dunia Berbondong-bondong Beli Emas
Data dari World Gold Council menunjukkan bahwa bank sentral global membeli lebih dari 1.200 ton emas dalam sembilan bulan pertama tahun 2025 angka tertinggi sejak era Perang Dingin. Negara-negara seperti Tiongkok, India, Turki, dan Brasil menjadi pembeli utama, memperkuat cadangan devisa mereka dengan emas.
Langkah ini dinilai sebagai bentuk antisipasi terhadap potensi krisis keuangan global dan sebagai strategi diversifikasi dari dominasi dolar AS.
Analis memprediksi bahwa tren pembelian oleh bank sentral ini masih akan berlanjut hingga 2026, terutama jika situasi geopolitik dan ekonomi global tak menunjukkan tanda-tanda stabil.
Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?
Lonjakan harga emas dunia tentu berdampak pada pasar emas domestik. Harga emas batangan di Indonesia (Antam) per 15 Oktober 2025 telah mencapai Rp 1.350.000 per gram, tertinggi dalam sejarah. Permintaan emas fisik di pasar lokal pun melonjak, terutama dari kalangan generasi muda yang semakin sadar pentingnya investasi jangka panjang.
Namun, di sisi lain, lonjakan harga ini bisa berdampak pada industri perhiasan yang mengandalkan pasokan emas murah. Beberapa pelaku usaha perhiasan bahkan mulai melaporkan penurunan permintaan akibat kenaikan harga bahan baku.
Apakah Ini Saat yang Tepat untuk Beli Emas?
Pertanyaan ini sering muncul di tengah euforia kenaikan harga emas. Jawabannya tergantung pada tujuan keuangan masing-masing investor. Jika tujuannya untuk perlindungan jangka panjang dan diversifikasi aset, maka emas tetap menjadi instrumen yang menarik.
Namun, investor jangka pendek harus berhati-hati terhadap potensi koreksi harga. Karena seperti semua aset, emas juga tidak kebal dari volatilitas terutama jika situasi global mulai mereda atau The Fed mengubah kebijakan moneternya secara drastis.
Emas Kembali Jadi Raja
Dengan kombinasi krisis ekonomi, ketegangan politik, dan keresahan pasar yang semakin mendalam, emas kembali membuktikan dirinya sebagai aset andalan saat dunia dilanda kekacauan. Rekor harga yang tercipta bukan hanya simbol naiknya nilai logam mulia itu sendiri, tapi juga mencerminkan ketidakpastian global yang semakin luas.
Bagi investor cerdas, ini adalah momen refleksi: di tengah dunia yang penuh gejolak, apakah portofolio kamu sudah cukup terlindungi?