Harga Emas di Puncak Tertinggi, Kapan Saat yang Tepat untuk Menjual?
Tanggal: 17 Apr 2024 07:51 wib.
Harga emas kembali melonjak di pasar spot, dan mencatatkan rekor harga baru pada level US$2.402 per ons hari ini, Selasa (16/4). Bloomberg melaporkan bahwa kenaikan emas telah mencapai 19,68 persen dari harga US$2.007 dari periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan yang cukup mengejutkan ini terjadi secara signifikan mencapai 19,86 persen hanya dalam waktu kurang dari dua bulan sejak emas mengalami titik terendahnya tahun ini, yakni pada level US$2.004 pertengahan Februari 2024.
Dorongan kenaikan ini salah satunya dipicu oleh eskalasi konflik di Timur Tengah usai Iran melakukan serangan rudal dan drone ke Israel pada Minggu (14/4). Di Indonesia, kenaikan harga emas di pasar spot juga ikut mengerek harga penjualan emas Antam dalam dua hari terakhir.
Hari ini, harga emas batangan Antam naik Rp6.000 per gram menjadi Rp1.321.000 per gram, setelah kenaikan harga sebesar Rp5.000 per gram menjadi Rp1.315.000 pada Senin (15/4).
Melihat kondisi ini, banyak yang bertanya, apakah saat ini merupakan waktu yang tepat untuk melakukan penjualan? Ataukah harga emas masih punya potensi untuk kembali meroket?
Kenaikan harga emas tidak semata-mata disebabkan oleh gejolak geopolitik. Menurut laman Fortune.com sebagian besar permintaan emas berasal dari Asia dan pasar-pasar negara berkembang.
Sejak tahun 2022, bank sentral dari berbagai negara yang dipimpin oleh Cina telah melakukan pembelian emas dengan jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk melakukan diversifikasi sistem cadangan devisa mereka dari dolar.
Pembeli reguler di negara-negara Asia juga aktif dalam membeli koin, batangan, perhiasan, serta dana yang melacak emas dan saham pertambangan emas sebagai instrumen lindung nilai terhadap ketidakpastian sektor properti di negara tersebut.
Hal ini menandai perubahan signifikan dari tren historis perdagangan global, di mana pembeli emas di negara-negara Asia cenderung melakukan penjualan saat harga tinggi.
Namun, ini justru berbanding terbalik dengan negara-negara Barat yang memiliki perekonomian relatif kuat, terutama di AS.
Adrian Ash, direktur riset di layanan investasi emas online BullionVault, mengatakan, “Tidak ada urgensi untuk membeli emas. Konflik di Gaza dan Ukraina hanyalah bencana. Namun, hal-hal tersebut tidak berdampak secara jelas dan nyata (terhadap) investor barat saat ini.”
Sebaliknya, harga tinggi justru memicu penjualan emas di AS. Dalam beberapa minggu terakhir, platform perdagangan emas BullionVault melaporkan penjualan emas lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
“Orang-orang sangat senang dengan harga ini,” kata Ash.
Di toko emas Furman di Fifth Avenue, AS, jumlah orang yang datang untuk menjual dan menggadaikan perhiasan emas lebih dari tiga kali lipat di atas level normal sejak harga emas mulai mengalami reli pada akhir Februari.
Jason Collins, direktur Gerrards Precious Metals di kawasan perhiasan Hatton Garden yang bersejarah di London, mengatakan bahwa beberapa pelanggannya masih membeli emas karena adanya ketidakpastian terhadap sistem perbankan.
“Jika tiba-tiba terjadi sesuatu yang buruk di UK” dan “seluruh sistem perbankan runtuh. Emasmu di saku tidak akan jatuh,” katanya.
Meski begitu, Tobina Kahn, presiden butik emas House of Kahn Estate Jewelers, memberikan peringatan kepada pemilik emas untuk tidak menunda-nunda penjualan dan untuk bersiap-siap dalam halnya harga emas mungkin mencapai level US$3.000 per ons.
“Kami mendapatkan lebih banyak telfon dari klien yang ingin membawa perhiasan mereka,” katanya. “Saya sarankan kepada klien untuk membawa perhiasannya sekarang, karena kita sedang berada pada level harga yang belum pernah terjadi sebelumnya.”
Tentu saja, kondisi tersebut bisa berbanding terbalik di Indonesia. Bagi beberapa orang, emas menjadi instrumen yang aman untuk berinvestasi di tengah ketidakpastian saat ini. Keputusan untuk menjual atau menyimpan emas ada di tangan masing-masing individu.
Eksklusif untuk Indonesia, emas memang memiliki daya tarik tersendiri sebagai instrumen investasi. Data menunjukkan bahwa kebiasaan berinvestasi dalam emas telah mendarah daging di masyarakat Indonesia. Berdasarkan survei OJK, tren investasi emas di Indonesia terus menunjukkan pertumbuhan positif. Pada tahun 2021 saja, transaksi perdagangan emas mencapai Rp 109,59 triliun, naik 62 persen jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Hal ini menegaskan bahwa minat masyarakat terhadap emas sebagai instrumen investasi semakin meningkat. Bahkan, masyarakat semakin menyadari keunggulan emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi dan nilai tukar mata uang, serta potensi keuntungan yang dapat diraih dari investasi emas.
Selain itu, dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan teknologi juga semakin mendukung akses masyarakat dalam berinvestasi emas. Platform investasi emas yang memberikan kemudahan dan keamanan dalam melakukan transaksi semakin banyak bermunculan, memberikan alternatif bagi masyarakat untuk lebih mudah berpartisipasi dalam investasi emas.