Harga Beras Tak Kunjung Turun, Warga Mengeluh Pemerintah Hanya Janji!
Tanggal: 13 Mei 2025 22:53 wib.
Tampang.com | Harga beras, baik jenis premium maupun medium, kembali melonjak di sejumlah wilayah. Meski pemerintah berkali-kali menyatakan akan melakukan stabilisasi, fakta di lapangan menunjukkan harga terus naik sejak awal tahun dan belum ada tanda-tanda penurunan signifikan.
Di Jakarta dan sekitarnya, harga beras premium tembus Rp16.000/kg, sementara beras medium menyentuh Rp13.000/kg. Di beberapa daerah seperti NTB dan Sulawesi Selatan, kenaikan bahkan lebih tinggi akibat distribusi terganggu dan stok menipis.
“Kami heran, katanya panen raya, tapi kok harga makin mahal? Kalau terus begini, kami susah makan,” keluh Nursiah, ibu rumah tangga di Makassar.
Janji Stabil Tak Terwujud
Badan Pangan Nasional (Bapanas) dan Bulog telah beberapa kali melakukan operasi pasar. Namun efeknya dinilai tidak merata dan tidak cukup menekan harga. Apalagi distribusi ke pasar tradisional tidak secepat ke ritel modern.
“Kebijakan stabilisasi terlihat sporadis, bukan solusi jangka panjang. Harga tetap naik, rakyat tetap menjerit,” ujar Henry Subekti, peneliti ekonomi pangan dari Litbang Agri Indonesia.
Distribusi dan Ketergantungan Impor
Masalah distribusi juga jadi biang kerok. Banyak petani mengeluh karena harga gabah tidak naik signifikan, sementara harga di konsumen melonjak. Ini menunjukkan ada mata rantai distribusi yang tidak efisien atau bahkan dieksploitasi.
Selain itu, ketergantungan terhadap impor beras cadangan juga menjadi perhatian. Jika pemerintah tak segera memperkuat kedaulatan pangan, krisis harga bisa berulang.
“Selama sistem bergantung impor dan distribusi tak transparan, kita akan selalu menghadapi siklus harga naik tiap tahun,” tambah Henry.
Langkah yang Harus Diambil
Untuk menekan harga dan menyeimbangkan pasar, beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan:
Reformasi distribusi pangan dengan pengawasan langsung di pasar-pasar daerah.
Penetapan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang realistis dan bisa diawasi.
Perluasan cadangan pangan nasional yang dikelola lokal.
Digitalisasi rantai distribusi untuk memotong tengkulak.
Jika harga bahan pokok seperti beras tak terkendali, bukan hanya ekonomi rumah tangga yang terganggu, tapi juga kepercayaan terhadap kemampuan negara menjamin pangan rakyatnya.