Sumber foto: Google

Harga Beras Naik Lagi, Rakyat Cemas! Apa Solusi Nyata Pemerintah?

Tanggal: 1 Jun 2025 15:22 wib.
Tampang.com | Lonjakan harga beras kembali menghantam masyarakat Indonesia. Kenaikan ini tak hanya dirasakan di pasar tradisional, tapi juga di ritel modern. Bagi jutaan rumah tangga, beras adalah kebutuhan pokok yang tak tergantikan. Ketika harganya melambung, beban hidup pun otomatis ikut bertambah, terutama bagi masyarakat kelas menengah ke bawah.

Harga Melambung, Daya Beli Melemah

Dalam dua bulan terakhir, harga beras medium melonjak tajam, bahkan di beberapa daerah menembus angka psikologis. Kenaikan ini diperparah oleh musim panen yang tertunda dan distribusi yang terhambat oleh cuaca ekstrem. Tak sedikit pedagang yang mengeluhkan kelangkaan stok, sementara konsumen harus merogoh kocek lebih dalam.

“Dulu saya bisa beli 5 kg beras seharga seratus ribu rupiah, sekarang hanya dapat 3 kg. Terasa sekali bedanya,” keluh Yati, ibu rumah tangga di Depok.

Mengapa Harga Beras Naik Terus?

Kenaikan harga beras bukan hanya karena faktor cuaca. Distribusi logistik yang tidak efisien, ketergantungan pada beberapa daerah sentra produksi, serta kurang optimalnya pengelolaan cadangan beras pemerintah turut menyumbang persoalan ini.

Tak hanya itu, dinamika pasar internasional juga memberi tekanan. Ketika negara eksportir beras seperti India atau Vietnam membatasi ekspor, harga global ikut melonjak dan berdampak pada pasar domestik.

Kebijakan Pemerintah: Kurang Taring atau Kurang Cepat?

Pemerintah sejatinya telah menggelontorkan beras dari cadangan Bulog ke pasar, termasuk program bantuan pangan. Namun, langkah ini dinilai masih belum cukup menekan harga di tingkat konsumen. Penyaluran bantuan kerap tak merata dan terbatas waktu, sementara kebutuhan masyarakat berlangsung terus-menerus.

“Stabilisasi harga tak bisa hanya andalkan operasi pasar. Harus ada reformasi distribusi dan manajemen stok,” kata seorang pengamat kebijakan pangan.

Subsidi Langsung dan Intervensi Harga Diperlukan

Banyak pihak mendesak agar pemerintah segera mengaktifkan skema subsidi langsung bagi konsumen berpenghasilan rendah, atau menetapkan batas harga eceran tertinggi yang benar-benar diawasi di lapangan. Tanpa langkah konkret dan menyeluruh, inflasi pangan bisa memicu gejolak sosial yang lebih luas.

Selain itu, penting pula memperbaiki sistem distribusi beras dari petani ke konsumen, memotong rantai tengkulak, dan memberdayakan koperasi sebagai jalur distribusi yang lebih efisien.

Harapan Masyarakat: Ketersediaan dan Keterjangkauan

Lebih dari sekadar harga murah, masyarakat berharap adanya kepastian pasokan beras di pasar. Keberadaan stok yang stabil dengan harga terjangkau menjadi indikator kehadiran negara dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyat.

“Beras bukan barang mewah, tapi kenapa sekarang terasa mahal seperti emas?” ungkap Hasan, buruh harian yang mengaku terpaksa mengurangi konsumsi karena anggaran belanja makin ketat.

Jika masalah harga beras tidak segera diatasi dengan kebijakan konkret dan berkelanjutan, krisis kepercayaan terhadap kemampuan negara dalam menjamin kebutuhan pokok rakyat bisa mengemuka. Dan itu adalah alarm keras bagi stabilitas sosial ekonomi bangsa.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved