Sumber foto: Google

Harga Beras Naik Lagi, Dapur Warga Kian Tercekik?

Tanggal: 10 Mei 2025 08:29 wib.
Tampang.com | Harga beras kembali melonjak di berbagai pasar tradisional Indonesia. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), harga beras medium naik hingga 8% dalam dua bulan terakhir. Kenaikan ini memicu kekhawatiran masyarakat, terutama kalangan rumah tangga dengan penghasilan rendah.

Kenaikan Harga yang Berulang dan Memberatkan
Kenaikan harga beras bukan hal baru di Indonesia, namun kali ini lonjakannya terasa lebih berat karena berbarengan dengan naiknya harga kebutuhan pokok lain. Di Pasar Cipinang, harga beras kualitas medium kini tembus Rp13.500 per kilogram, padahal awal tahun masih berkisar Rp11.500.

“Dulu saya bisa beli 10 kilo untuk satu bulan, sekarang cuma mampu beli 7 atau 8 kilo. Harus putar otak supaya masakan tetap cukup untuk keluarga,” ujar Bu Rina, ibu rumah tangga di Jakarta Timur.

Dampak Terhadap Daya Beli dan Konsumsi Gizi
Harga beras yang tinggi secara langsung menggerus daya beli masyarakat. Keluarga dengan pendapatan tetap harus menyesuaikan konsumsi, bahkan mengurangi asupan lauk atau sayur demi tetap bisa makan nasi setiap hari. Kondisi ini berisiko menurunkan kualitas gizi masyarakat, terutama anak-anak.

“Kalau pengeluaran untuk beras membengkak, masyarakat cenderung mengorbankan belanja protein dan sayur. Ini bisa berujung pada masalah gizi jangka panjang,” ujar dr. Fadhila Rahman, pakar gizi masyarakat.

Penyebab: Cuaca Buruk dan Distribusi Tak Merata
Kementerian Perdagangan menjelaskan bahwa kenaikan ini disebabkan oleh produksi yang menurun akibat cuaca ekstrem dan distribusi yang terganggu di beberapa wilayah. Belum lagi, spekulasi harga oleh tengkulak ikut memperparah situasi.

“Stok sebenarnya ada, tapi distribusinya yang jadi masalah. Di satu sisi ada daerah surplus, di sisi lain kekurangan. Ini menyebabkan harga tak terkendali,” jelas Darto, pedagang beras di Pasar Johar, Semarang.

Solusi yang Perlu Dipercepat
Pemerintah melalui Bulog telah menggelontorkan cadangan beras pemerintah (CBP) ke pasar, namun efeknya masih belum terasa merata. Perlu langkah konkret yang lebih cepat, seperti penertiban distribusi, subsidi tepat sasaran, dan pengawasan harga di pasar.

Penguatan koperasi tani, digitalisasi rantai pasok, dan pemangkasan jalur distribusi bisa menjadi solusi jangka panjang agar harga beras lebih stabil dan tidak terlalu bergantung pada tengkulak.

Pentingnya Ketahanan Pangan Domestik
Krisis harga beras ini mempertegas pentingnya memperkuat ketahanan pangan dalam negeri. Indonesia masih terlalu bergantung pada musim panen dan cuaca. Tanpa inovasi dan reformasi sistem pertanian, rakyat kecil akan terus menjadi korban fluktuasi pasar.

“Stabilitas harga beras bukan hanya urusan pasar, tapi juga soal kesejahteraan rakyat. Negara harus hadir,” tutup Bu Rina dengan nada getir.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved