Harga Beras Kembali Naik, Petani Diuntungkan Tapi Konsumen Menjerit?
Tanggal: 29 Mei 2025 18:03 wib.
Tampang.com | Harga beras di pasar-pasar tradisional maupun ritel modern kembali mengalami kenaikan signifikan dalam sebulan terakhir. Lonjakan ini menimbulkan efek beragam di lapangan—sebagian petani mengaku diuntungkan, namun tak sedikit konsumen yang mulai kesulitan memenuhi kebutuhan pokok.
Kondisi ini menyoroti dilema klasik dalam sektor pangan: saat harga naik, apakah itu sepenuhnya kabar baik?
Petani Mengaku Lebih Untung
Bagi sebagian petani di sentra produksi seperti Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan, kenaikan harga beras menjadi angin segar.
Harga gabah kering panen naik signifikan, mendorong peningkatan pendapatan mereka.
Selisih harga antara gabah dan beras juga mulai stabil, memberikan kepastian ekonomi saat panen.
Permintaan dari pasar lokal dan luar negeri meningkat, terutama karena stok beras premium dari luar sedang terbatas.
“Dulu kami hanya bisa menutup modal, sekarang mulai bisa menyisihkan untuk musim tanam berikutnya,” ujar salah satu petani muda di Klaten.
Konsumen Mulai Menjerit
Namun di sisi lain, kenaikan harga beras menjadi beban bagi konsumen:
Harga beras medium dan premium naik 10–15% dalam sebulan terakhir.
Keluarga berpenghasilan rendah mulai mengurangi konsumsi, beralih ke sumber karbohidrat lain.
Pedagang kecil terjepit, karena harus menaikkan harga namun takut kehilangan pembeli.
Tak sedikit warteg dan rumah makan sederhana yang mulai mengurangi porsi nasi, bahkan menaikkan harga menu harian.
Faktor Pemicu Kenaikan
Beberapa penyebab lonjakan harga beras antara lain:
Anomali cuaca dan mundurnya musim panen, yang memicu penurunan pasokan.
Biaya produksi yang naik, seperti pupuk dan solar.
Distribusi belum merata, terutama ke wilayah Indonesia timur.
Spekulasi pasar dan permainan tengkulak, yang masih menjadi tantangan lama yang belum teratasi.
Upaya Pemerintah Meredam Gejolak
Pemerintah telah mengumumkan beberapa langkah mitigasi:
Penyaluran cadangan beras pemerintah (CBP) secara rutin ke pasar.
Operasi pasar murah di kota-kota besar untuk menjaga daya beli masyarakat.
Dorongan kepada Bulog untuk menyerap gabah lebih banyak dari petani lokal, agar stok nasional tetap aman.
Penyederhanaan rantai distribusi untuk menekan biaya dari hulu ke hilir.
Namun, efektivitas kebijakan tersebut sangat bergantung pada kecepatan eksekusi dan koordinasi antarinstansi.
Menjaga Keseimbangan
Kenaikan harga beras memperlihatkan pentingnya menjaga keseimbangan antara perlindungan petani dan perlindungan konsumen. Di satu sisi, harga yang wajar bisa mendorong produktivitas petani. Namun jika terlalu tinggi, bisa memicu inflasi dan krisis daya beli masyarakat.
Solusi jangka panjang tetap pada penguatan rantai pasok nasional, digitalisasi pertanian, dan pengurangan ketergantungan pada impor di masa panen pendek.