Harga BBM Pertamax Cs Naik Lagi Mei Ini, Bagaimana Dampaknya ke Dompet Rakyat?
Tanggal: 9 Mei 2025 20:48 wib.
Tampang.com | Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi kembali terjadi awal Mei 2025. PT Pertamina (Persero) menaikkan harga Pertamax menjadi Rp13.850 per liter, dari sebelumnya Rp13.400. Harga Pertamax Turbo juga naik menjadi Rp15.250 per liter. Kenaikan ini langsung berdampak ke pengeluaran masyarakat, terutama bagi pengguna kendaraan pribadi dan pelaku usaha kecil menengah.
Dampak Langsung ke Biaya Transportasi dan Usaha Kecil
Untuk masyarakat urban yang sehari-hari mengandalkan kendaraan bermotor, kenaikan ini meski tampak kecil, tetap terasa membebani. Dalam sebulan, selisih ratusan ribu rupiah bisa muncul hanya dari selisih harga BBM.
“Dulu isi full tank motor butuh Rp30 ribu, sekarang bisa Rp35 ribu lebih. Kalau setiap hari ngojek, jelas kerasa banget,” kata Arif, ojek online di Tangerang.
Pelaku UMKM yang menggunakan kendaraan untuk distribusi juga mengeluh. Biaya logistik membengkak, sementara harga jual barang sulit dinaikkan karena daya beli pelanggan stagnan.
Kenapa Harga BBM Naik Lagi?
Kementerian ESDM menjelaskan bahwa kenaikan ini dipengaruhi oleh harga minyak mentah dunia yang naik di atas USD 85 per barel serta nilai tukar rupiah yang sempat melemah terhadap dolar AS. Karena Pertamax dan sejenisnya adalah BBM nonsubsidi, harganya mengikuti mekanisme pasar.
Pengamat energi dari ReforMiner Institute, Pri Agung Rakhmanto, mengatakan bahwa pola kenaikan BBM nonsubsidi saat ini menunjukkan bahwa masyarakat yang tidak tergolong miskin tetap rentan terdampak karena belum ada kompensasi nyata.
“Mereka yang bukan penerima subsidi, tapi juga bukan kaya raya, jadi kelompok paling terhimpit,” jelasnya.
Subsidi Energi: Siapa yang Betul-Betul Diuntungkan?
Pemerintah terus mendorong penggunaan Pertalite dan Solar bersubsidi untuk kelompok rentan. Namun faktanya, distribusi subsidi energi selama ini belum sepenuhnya tepat sasaran. Banyak masyarakat menengah ke atas yang justru lebih banyak menikmati subsidi.
“Kalau ingin adil, sistem subsidi harus berbasis data. Jangan malah justru menciptakan ketimpangan baru,” ujar Bhima Yudhistira, Direktur CELIOS.
Tekanan terhadap Inflasi dan Konsumsi Rumah Tangga
Dampak domino dari kenaikan BBM adalah naiknya harga bahan pokok dan tarif logistik. Pada gilirannya, hal ini bisa menekan konsumsi rumah tangga, yang selama ini menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Data BPS mencatat, konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 50% PDB nasional. Jika tekanan harga makin besar, maka daya beli bisa tergerus.
“Ketika BBM naik, efeknya tidak hanya di SPBU. Semua harga bisa ikut naik, dan yang paling terdampak adalah rumah tangga berpendapatan tetap,” tambah Bhima.
Masyarakat Harus Lebih Cermat dalam Mengatur Keuangan
Dalam situasi seperti ini, masyarakat perlu menyusun ulang prioritas pengeluaran. Mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, beralih ke transportasi umum, atau mengatur rute perjalanan secara efisien bisa menjadi pilihan rasional.
Selain itu, penting untuk terus memantau harga-harga pokok dan mulai menyiapkan anggaran darurat agar tidak kelabakan ketika harga energi kembali melonjak.