Sumber foto: iStock

Harga Barang Naik Gila-Gilaan Gara-Gara Trump? Ini Dampak Tarif Impor Terbaru untuk Indonesia dan Dunia

Tanggal: 10 Apr 2025 20:16 wib.
Langkah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, dalam menerapkan tarif impor baru menuai sorotan global. Kebijakan tarif umum sebesar 10% atas semua barang impor resmi diberlakukan sejak 5 April 2025. Tak berhenti di situ, tarif balasan (resiprokal) yang menyasar 60 negara—termasuk Indonesia—mulai berlaku efektif 9 April 2025, memicu kekhawatiran luas akan lonjakan harga barang dan terganggunya rantai pasokan global.

Tarif ini secara langsung berdampak pada perusahaan-perusahaan AS yang melakukan impor barang dari luar negeri. Dalam praktiknya, biaya tambahan tersebut akhirnya dibebankan kepada konsumen akhir, sehingga harga barang impor akan melambung di pasar domestik AS.


Tarif Resiprokal: Indonesia dan China Kena Imbas Besar

Tarif balasan yang diterapkan oleh Trump tidak seragam untuk setiap negara. Di Indonesia, tarif yang dikenakan mencapai 32%, sedangkan China dikenai tarif sebesar 34%. Namun khusus untuk China, tarif ini bisa meningkat drastis hingga 104%, tergantung jenis produk yang diimpor.

Artinya, barang-barang dari negara-negara ini akan menjadi jauh lebih mahal bagi konsumen Amerika. Dan karena AS sangat bergantung pada impor dari negara-negara Asia, dampaknya pun terasa sangat luas.


Harga Laptop dan HP Bisa Tembus Rp16 Jutaan

Profesor Jason Miller, pakar manajemen rantai pasok dari Michigan State University, mengungkapkan bahwa salah satu sektor yang akan paling terpukul adalah barang elektronik—termasuk laptop dan smartphone. Miller memberi ilustrasi: sebuah laptop dengan harga dasar US$400 akan dijual di AS dengan harga sekitar US$571 jika ditambahkan margin laba 30%. Namun, dengan tambahan tarif 104%, harga tersebut bisa melonjak drastis.

Jika seluruh beban tarif ditanggung konsumen, harga akhir laptop bisa mencapai US$966, atau sekitar Rp16 juta. Ini mewakili kenaikan inflasi hingga 69%, dengan penurunan margin keuntungan dari para peritel sebesar 18%.


Tak Hanya China, Hampir Semua Negara Kena Dampaknya

Menurut Miller, tak ada satu pun negara produsen elektronik yang bisa lepas dari efek kebijakan tarif ini. Negara-negara seperti Vietnam, Taiwan, Jepang, India, dan tentu saja China akan merasakan dampaknya secara signifikan.

Meskipun Miller memperkirakan beberapa negara bisa melakukan negosiasi tarif dengan AS, China tampaknya akan tetap jadi sasaran utama kebijakan keras Trump. Hal ini dinilai akan membuat harga barang-barang elektronik seperti HP, laptop, dan konsol game melambung tinggi di AS.


AS Dulu Bebas Tarif Elektronik, Sekarang Tidak Lagi

Sebelumnya, hingga Januari 2025, AS masih memberikan pembebasan tarif (zero-tariff) untuk produk-produk elektronik dari China, termasuk laptop dan smartphone. Namun dengan kebijakan baru ini, keuntungan itu lenyap. Bagi warga AS yang berniat mengganti gadget mereka, Miller menyarankan agar segera membeli sebelum harga naik dalam beberapa bulan ke depan.

Ia menambahkan, meski tarif berlaku mulai 9 April, kenaikan harga tidak terjadi seketika karena peritel masih mengandalkan stok lama yang belum terkena tarif baru. Namun begitu persediaan lama habis, kenaikan harga akan tak terhindarkan.

“Kalau kamu ingin ganti HP atau laptop, belilah sekarang. Jangan tunggu, karena setelah ini harganya akan gila-gilaan,” tegas Miller.


Deretan Barang yang Akan Melonjak Harganya

Tak hanya elektronik, Miller menyebut banyak produk lain—khususnya dari China—yang akan mengalami kenaikan harga di pasar AS. Daftar barang yang disebutnya mencakup:



Perabot rumah tangga


Sepatu


Microwave dan oven


Piring dan perlengkapan makan


Gorden dan linen


Mainan anak


Panel surya


Bahan bangunan


Kacang mete


Lilin


Kipas angin dan komponen AC


Alat olahraga dan golf


Keyboard dan suku cadang otomotif


Dekorasi rumah dan ornamen Natal


Blender makanan


Produk seafood



Lonjakan harga ini dipastikan akan terasa di berbagai segmen pasar, terutama produk rumah tangga dan gaya hidup yang biasanya diimpor dari Asia.

Konsumen AS Siap-Siap Gigit Jari

Selain harga barang yang lebih mahal, Miller memperingatkan bahwa konsumen AS juga akan menghadapi pengurangan pilihan produk. Para importir dan peritel kemungkinan akan lebih selektif dalam memilih produk yang masuk ke AS—hanya akan membawa barang yang paling laris dan menguntungkan saja.

“Di tengah tekanan tarif, mereka akan memangkas variasi produk. Ini artinya, model-model tertentu dari brand HP atau laptop yang kurang laku bisa jadi tidak tersedia lagi di toko-toko,” jelasnya.


Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Dengan tarif resiprokal sebesar 32%, Indonesia termasuk salah satu negara yang turut terdampak langsung kebijakan ini. Produk-produk ekspor unggulan Indonesia seperti furnitur, pakaian, makanan olahan, atau elektronik rakitan akan mengalami hambatan masuk ke pasar AS karena kenaikan harga akhir yang tidak kompetitif.

Kondisi ini bisa menekan sektor ekspor nasional dan memicu penurunan permintaan dari AS. Para pelaku usaha di Indonesia perlu bersiap dengan strategi baru—baik untuk merambah pasar lain maupun melakukan efisiensi produksi agar tetap bersaing secara global.


Dunia Menuju Perang Dagang Baru?

Kebijakan tarif Trump ini dinilai sebagai langkah agresif yang bisa memicu perang dagang baru di era 2025. Ketika negara-negara yang terdampak mulai memberlakukan tarif balasan, maka efek domino terhadap perdagangan global dan ekonomi dunia bisa jadi tak terhindarkan.

Satu hal yang pasti, harga-harga akan naik dan konsumen di seluruh dunia akan terkena dampaknya, langsung maupun tidak langsung. Apakah ini strategi ekonomi jangka panjang atau sekadar taktik politik menjelang pemilu, hanya waktu yang bisa menjawab.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved