Sumber foto: iStock

Guncangan Global! Tarif Impor Trump Naik 145%, Penjual China Panik, Amazon Terancam Krisis

Tanggal: 12 Apr 2025 21:42 wib.
Langkah berani Presiden Donald Trump kembali mengguncang pasar global. Kali ini, kenaikan tarif impor terhadap produk China hingga 145% memicu gelombang kepanikan besar di antara para pelaku e-commerce, terutama yang beroperasi di Amerika Serikat. Imbas langsung dari kebijakan ini mulai terasa di berbagai lini bisnis, terutama bagi para penjual asal China yang mengandalkan platform seperti Amazon untuk menjangkau pasar global.

Penjual China Mulai Naikkan Harga, Amazon Dalam Tekanan

Para pedagang asal China yang mendominasi penjualan di marketplace Amazon mulai merespons dengan tindakan drastis. Sebagian besar mulai menaikkan harga produk mereka secara signifikan, bahkan beberapa di antaranya memilih untuk sepenuhnya menarik diri dari pasar Amerika. Langkah ini menciptakan potensi gejolak serius bagi raksasa e-commerce seperti Amazon yang selama ini bergantung pada suplai barang dari produsen China.

Wang Xin, kepala dari Shenzhen Cross-Border E-Commerce Association, organisasi yang mewakili lebih dari 3.000 penjual asal China di Amazon, menyebut kebijakan tarif ini sebagai "pukulan terbesar yang belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap stabilitas bisnis lintas negara.

Menurut Wang, bukan hanya pajak impor yang menjadi masalah, tetapi seluruh struktur biaya produksi dan distribusi kini ikut terdampak. Dalam pernyataannya yang dikutip dari Reuters, Jumat (11/4/2025), ia menjelaskan bahwa biaya logistik, bea cukai, dan pengiriman juga melonjak akibat perubahan kebijakan ini.

"Ini bukan hanya tentang tarif. Ini mengubah semua perhitungan biaya," kata Wang. "Setiap aspek bisnis kini jadi jauh lebih mahal dan rumit."

Amazon Terjebak di Tengah Konflik Dagang

Perlu diketahui bahwa saat ini, sekitar 50% dari total penjual di Amazon berasal dari China, dan wilayah Shenzhen sendiri menyumbang lebih dari 100.000 bisnis dengan total pendapatan mencapai USD 35,3 miliar per tahun. Dengan adanya kebijakan tarif baru ini, banyak dari pelaku usaha tersebut mempertimbangkan untuk mengalihkan fokus bisnis mereka ke pasar lain, atau bahkan menghentikan penjualan ke AS sepenuhnya.

Reuters mewawancarai lima pelaku usaha asal China, dan hasilnya mencengangkan. Tiga di antaranya menyatakan akan menaikkan harga produk mereka di AS hingga 30%, sedangkan dua lainnya menyebut akan menarik semua operasi mereka dari pasar Amerika.

Salah satu penjual, Dave Fong, menyebut dirinya akan membiarkan sisa stok di Amazon habis dengan sendirinya. Ia juga menyatakan akan mengurangi belanja iklan di Amazon, yang sebelumnya menyerap hingga 40% dari pendapatannya di AS. Ini merupakan sinyal kuat bahwa banyak pelaku bisnis sedang mempertimbangkan langkah-langkah penghematan dan reposisi pasar yang serius.

Krisis E-commerce Global Mulai Terlihat

Dampak dari kebijakan tarif ini tidak berhenti hanya pada Amazon. Platform besar lain seperti Shein dan Temu, yang juga sangat bergantung pada rantai pasokan dari China, mulai merasakan tekanan serupa. Kenaikan tarif tidak hanya membuat harga produk naik di mata konsumen AS, tetapi juga memperlambat proses distribusi dan menaikkan risiko operasional bagi para pelaku e-commerce lintas negara.

Menurut data dari Dewan Negara China, nilai perdagangan e-commerce lintas negara pada tahun lalu mencapai 2,63 triliun yuan atau sekitar USD 358 miliar. Nilai ini mencerminkan betapa besar dan pentingnya sektor ini dalam perekonomian global—dan sekarang, sektor tersebut sedang berada dalam kondisi rentan akibat gesekan kebijakan antarnegara.

Strategi Bertahan: Kenaikan Harga atau Hengkang Sekalian

Para penjual China kini menghadapi dilema besar: apakah mereka harus menaikkan harga dan tetap berada di pasar AS dengan risiko kehilangan daya saing, atau meninggalkan pasar terbesar dunia dan beralih ke wilayah dengan daya beli lebih rendah?

Dua opsi itu sama-sama berisiko. Menaikkan harga bisa membuat produk mereka kalah bersaing di antara merek lokal maupun internasional lainnya. Di sisi lain, meninggalkan pasar AS berarti kehilangan potensi pendapatan dalam jumlah besar, dan harus bertarung di pasar lain yang lebih padat dan lebih sensitif terhadap harga, seperti Asia Tenggara atau Amerika Latin.

Amazon Harus Beradaptasi Cepat

Ketergantungan Amazon terhadap penjual asal China kini menjadi tantangan strategis yang serius. Jika gelombang penarikan diri benar-benar terjadi secara masif, Amazon akan kesulitan menjaga stabilitas pasokan dan mempertahankan harga kompetitif di platformnya.

Kondisi ini memaksa Amazon dan platform lain untuk mempertimbangkan diversifikasi rantai pasok—mungkin mulai melirik produsen dari India, Meksiko, atau negara Asia lainnya sebagai alternatif. Namun upaya ini tentu tidak bisa dilakukan dalam waktu singkat.

Efek Domino bagi Konsumen dan Ekonomi AS

Untuk konsumen Amerika sendiri, efeknya bisa langsung terasa dalam waktu dekat. Harga barang impor yang biasanya dijual murah di Amazon dan marketplace lainnya akan mengalami lonjakan. Produk-produk kebutuhan sehari-hari, elektronik, aksesori rumah tangga, hingga pakaian bisa mengalami kenaikan harga yang signifikan.

Di sisi lain, produsen lokal AS mungkin akan mendapatkan peluang baru untuk menggantikan posisi penjual China—tetapi hal ini juga membutuhkan waktu dan investasi besar agar bisa bersaing dari sisi harga dan volume produksi.

Kesimpulan: E-Commerce Global Masuki Masa Gejolak

Kebijakan tarif impor Trump menjadi pemantik besar dalam pertarungan ekonomi antara dua negara adidaya, Amerika Serikat dan China. Di tengah persaingan geopolitik ini, para pelaku bisnis e-commerce menjadi korban langsung yang harus menyesuaikan diri dengan cepat atau tersingkir.

Kini, dunia sedang menyaksikan bagaimana keputusan politik bisa mengguncang tatanan e-commerce global. Ketika harga naik, pasokan terganggu, dan pemain utama mulai mundur satu per satu, pertanyaannya: siapa yang akan tetap bertahan dan siapa yang akan kalah dalam perang tarif ini?
Copyright © Tampang.com
All rights reserved