Sumber foto: google

Gubernur BI Yakin Cara Ini Dapat Menstabilkan Kurs Rupiah yang Terus Anjlok

Tanggal: 27 Jun 2024 17:23 wib.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo telah menyatakan kesiapannya untuk mengoptimalkan semua instrumen moneter guna menstabilkan nilai tukar rupiah yang terus mengalami pelemahan. Beliau meyakini bahwa mata uang Indonesia akan segera menguat.

Pernyataan Perry ini disampaikan setelah rapat antara Presiden Joko Widodo atau Jokowi dengan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) di Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis sore, 20 Juni 2024.

Langkah-langkah BI untuk mencapai hal ini meliputi peningkatan intervensi di pasar valuta asing, serta penguatan strategi operasi moneter pro-market melalui optimalisasi instrumen Sekuritas Rupiah BI (SRBI), Sekuritas Valas BI (SVBI), dan Sukuk Valas BI (SUVBI).

Perry mengatakan, "Kami terus berada di pasar, berulang kali kami sampaikan, kami akan terus ada di pasar." Bank Indonesia, kata dia, memiliki cadangan devisa sebesar US$ 139 miliar yang dapat digunakan saat terjadi outflow.

Selain itu, BI juga memperkuat koordinasi dengan pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendukung implementasi instrumen penempatan valuta asing Devisa Hasil Ekspor Sumber Daya Alam (DHE SDA) sejalan dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36 Tahun 2023.

"Kami akan koordinasikan juga dengan Kementerian Keuangan sekuritas kami, rupiah untuk jangka pendek untuk menarik inflow, supaya outflow tak terus-terusan, dan memperkuat stabilitas rupiah," ujar Perry.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis sore, rupiah mengakhiri perdagangan dengan turun 0,40 persen atau 65 poin ke posisi Rp 16.430 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar terpantau naik 0,24 persen ke posisi 105,132.

Menanggapi pelemahan nilai tukar rupiah, Perry mengatakan secara fundamental, mata uang Indonesia trennya akan menguat. Hal ini disebabkan oleh inflasi Indonesia yang saat ini diperkirakan berada di angka 2,8 persen, pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi mencapai 5,1 persen, kredit yang meningkat ke angka 12 persen, dan imbal hasil investasi Indonesia yang juga menggembirakan. Perry menegaskan, "Inflasi kita rendah, pertumbuhan ekonomi bagus, kreditnya juga bagus."

Salah satu faktor yang menyebabkan pelemahan rupiah adalah Fed Fund Rate yang tidak dapat diprediksi, dan kenaikan suku bunga obligasi pemerintah Amerika yang berada di kisaran 4,5 persen hingga 6 persen.

Dalam rangka mengatasi masalah ini, Gubernur BI menyatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan langkah-langkah yang diperlukan guna menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Langkah-langkah ini meliputi peningkatan intervensi di pasar valuta asing, penguatan koordinasi dengan pemerintah dan dunia usaha, serta optimalisasi instrumen moneter yang dimiliki oleh Bank Indonesia.

Keseluruhan langkah tersebut diharapkan dapat membantu menguatkan kembali nilai tukar rupiah serta memperkuat stabilitas ekonomi Indonesia. Dengan adanya langkah-langkah ini, diharapkan tekanan terhadap rupiah dapat berkurang dan nilai tukarnya dapat kembali stabil.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved