Sumber foto: Google

Ganjil-Genap Diperluas, Ojol hingga Kurir Kian Terhimpit Biaya Operasional!

Tanggal: 1 Jun 2025 09:44 wib.
Tampang.com | Perluasan kebijakan ganjil-genap di berbagai ruas jalan ibu kota sejak awal Mei 2025 menimbulkan pro dan kontra. Sementara tujuan utamanya adalah mengurai kemacetan dan menekan emisi, dampaknya kini mulai dirasakan oleh sektor informal seperti ojek online (ojol), kurir logistik, hingga pengemudi harian.

Ojol Terpaksa Kurangi Jam Operasi

Bagi para pengemudi ojol, sistem ganjil-genap bukan hanya menyulitkan akses jalan, tapi juga langsung memotong pendapatan. Banyak dari mereka tidak memiliki dua kendaraan, sehingga hanya bisa bekerja separuh hari atau bahkan libur saat plat nomor tidak sesuai jadwal.

“Saya pakai motor pribadi, nggak mungkin beli motor satu lagi. Kalau nggak bisa narik, berarti nggak ada uang buat makan hari itu,” ujar Wira, pengemudi ojol yang biasa mangkal di kawasan Sudirman.

Pengemudi ojol kini terpaksa mengatur rute yang lebih jauh agar bisa menghindari jalur yang terkena aturan ganjil-genap. Akibatnya, waktu tempuh bertambah, jumlah pesanan menurun, dan beban bahan bakar pun membengkak.

Sektor Logistik Terpukul, Pengiriman Terlambat

Bukan hanya ojol, perusahaan logistik skala kecil dan menengah juga ikut menjerit. Banyak kendaraan niaga ringan yang dipakai untuk distribusi harian kini harus menyesuaikan jadwal, menyebabkan keterlambatan pengiriman barang ke konsumen.

“Pelanggan tidak mau tahu soal ganjil-genap. Yang mereka lihat, paket telat. Ini merusak reputasi kami,” keluh Aditya, pemilik usaha ekspedisi lokal di Jakarta Timur.

Menurutnya, pemerintah perlu memberikan dispensasi khusus untuk kendaraan logistik, terutama yang mengangkut kebutuhan pokok dan produk segar.

Kebijakan Perlu Dievaluasi Secara Menyeluruh

Pengamat transportasi menilai, kebijakan ganjil-genap saat ini kurang menyentuh realitas sosial ekonomi masyarakat menengah ke bawah. Terutama mereka yang bekerja secara harian dan bergantung pada mobilitas tinggi.

“Tujuan mengurai kemacetan itu bagus, tapi kebijakan harus adil. Jangan sampai yang dikorbankan justru rakyat kecil,” kata Dian Prasetyo, dosen transportasi perkotaan.

Ia juga mengkritik kurangnya sosialisasi dan minimnya alternatif transportasi massal yang memadai. Hal ini membuat masyarakat tidak punya pilihan selain tetap menggunakan kendaraan pribadi atau ojek online.

Solusi Alternatif: Integrasi dan Insentif

Alih-alih memperluas ganjil-genap secara sepihak, para ahli menyarankan agar kebijakan transportasi disertai dengan penguatan angkutan publik, penyediaan rute feeder yang nyaman, dan pemberian insentif untuk pengemudi ojol atau kendaraan logistik yang terdampak.

“Sediakan insentif operasional, atau sistem pengecualian yang berbasis registrasi. Jangan pakai sistem sapu jagat,” tegas Dian.

Ia juga menambahkan bahwa pengawasan penerapan ganjil-genap perlu konsisten agar tidak jadi ajang pungli di lapangan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved