Sumber foto: iStock

Fenomena Paylater: Mengapa Generasi Muda Bergaji Tinggi di Singapura Memilih Berutang?

Tanggal: 21 Apr 2025 08:27 wib.
Metode pembayaran paylater, yang memungkinkan konsumen untuk membeli sekarang dan membayar nanti, telah menjadi pilihan populer di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, tren ini juga menarik perhatian generasi muda berpenghasilan tinggi di Singapura.

Sebuah survei gabungan oleh Institute of Policy Studies (IPS) dan Channel News Asia (CNA) mengungkapkan bahwa hampir 7 dari 10 anak muda Singapura telah menggunakan layanan paylater, termasuk mereka yang berpenghasilan hingga 10.000 SGD (sekitar Rp128 juta).

Tren Penggunaan Paylater di Kalangan Anak Muda Singapura

Survei tersebut meneliti perilaku keuangan masyarakat berusia 21 hingga 39 tahun di Singapura, termasuk sikap mereka terhadap utang, menabung, dan perencanaan masa depan.

Hasilnya menunjukkan bahwa 65,4% responden pernah menggunakan layanan paylater. Kelompok usia 30 hingga 34 tahun merupakan pengguna terbanyak, dengan 72,3% di antaranya telah menggunakan layanan ini. Sementara itu, 53,2% responden berusia 21 hingga 24 tahun juga tercatat sebagai pengguna paylater.

Menariknya, delapan dari sepuluh responden dengan penghasilan antara 6.000 SGD dan 7.000 SGD (sekitar Rp71,7 juta hingga Rp83,6 juta) mengaku menggunakan setidaknya satu layanan paylater. Salah satu alasan utama adalah untuk menghemat uang dalam jangka pendek.

Alasan di Balik Pilihan Menggunakan Paylater

Leon Tan, seorang profesional berusia 32 tahun dengan penghasilan 10.000 SGD, mengaku menggunakan layanan SPayLater dari Shopee dan Atome untuk pembayaran cicilan tanpa bunga. Menurutnya, menggunakan paylater tanpa bunga adalah strategi keuangan yang cerdas, terutama di tengah meningkatnya biaya hidup. "Satu dolar saat ini bernilai lebih dari satu dolar di masa depan," ujar Tan, menekankan pentingnya likuiditas saat ini.

Dr. Teo Kay Key dari IPS menjelaskan bahwa individu berpenghasilan tinggi cenderung memiliki lebih banyak likuiditas dan tabungan, sehingga mereka tidak melihat utang sebagai sesuatu yang harus dihindari. Dengan aliran pendapatan yang stabil, penggunaan paylater dianggap tidak menimbulkan risiko finansial tambahan dan bahkan bisa menjadi keputusan keuangan yang bijaksana.

Dampak Kenaikan Biaya Hidup

Survei juga mengungkapkan bahwa 92,6% responden merasa terdampak oleh kenaikan biaya hidup di Singapura. Kelompok usia 21 hingga 24 tahun dan mereka yang berpenghasilan rendah merasakan dampak paling signifikan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh status mereka yang masih bersekolah atau baru memulai karier, dengan pendapatan dan tabungan yang terbatas.

Penggunaan layanan paylater di kalangan generasi muda berpenghasilan tinggi di Singapura mencerminkan perubahan dalam perilaku keuangan. Mereka memanfaatkan fleksibilitas pembayaran untuk mengelola likuiditas dan menyesuaikan diri dengan biaya hidup yang meningkat. Meskipun demikian, penting bagi individu untuk tetap bijak dalam menggunakan layanan ini agar tidak terjebak dalam utang yang tidak terkendali.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved