Sumber foto: google

Fakta Whoosh: Dugaan Penyebab Kerugian WIKA

Tanggal: 14 Jul 2024 09:47 wib.
PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA menyalahkan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung atau Whoosh sebagai akar dari kerugian perusahaan yang besar. Perusahaan mencatat kerugian sebesar Rp7,12 triliun selama tahun 2023. Total kerugian bersih bahkan meningkat 11.860 persen dari tahun sebelumnya, yakni mencapai Rp59,59 miliar.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, Direktur Utama WIKA Agung Budi Waskito mengungkapkan, "Kami memang yang paling besar dalam penyelesaian proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung, dengan nilai penyertaan sebesar Rp6,1 triliun. Kemudian, masih ada perselisihan atau pembayaran yang belum diterima sekitar Rp5,5 triliun, sehingga jumlahnya hampir mencapai Rp12 triliun."

Namun, bagaimanakah fakta-fakta yang terkait dengan perjalanan Whoosh?

Dari segi nilai investasi, terjadi peningkatan drastis atau biaya pembengkakan (cost overrun) sebesar US$1,2 miliar, mencapai US$7,27 miliar atau setara dengan Rp115 triliun (asumsi kurs Rp16 ribu per dolar AS) dalam proses pembangunannya. Sementara nilai investasi semula hanya ditargetkan sebesar US$5,13 miliar atau sekitar Rp82,08 triliun. Angka tersebut jauh lebih rendah dari penawaran Jepang yang menawarkan investasi sebesar US$6,2 miliar atau setara dengan Rp99,2 triliun.

Whoosh akhirnya diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 2 Oktober 2023, meskipun sebelumnya dijadwalkan akan diluncurkan pada 17 Agustus 2023 sebagai bagian dari perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia. Acara peresmian dilakukan di Stasiun Halim, Jakarta. Saat peresmian tersebut, pemerintah mengumumkan bahwa Kereta Cepat Jakarta-Bandung menjadi kereta cepat pertama di Indonesia dan Asia Tenggara yang diberi nama Whoosh.

Nama "Whoosh" dipilih sebagai inspirasi dari suara yang dihasilkan oleh kereta berkecepatan tinggi. Selain itu, nama tersebut merupakan akronim dari "waktu hemat, operasi optimal, dan sistem hebat."

WIKA menyalahkan Whoosh sebagai penyebab utama dari kerugian perusahaan yang mencapai Rp7,12 triliun. Direktur Utama WIKA, Agung Budi Waskito, menyatakan bahwa perusahaan harus menghadapi beban bunga yang tinggi. Namun, kerugian WIKA juga disebabkan oleh PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), anak usaha dari PT Kereta Api Indonesia (Persero) yang memiliki mayoritas saham di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) sebesar 60 persen. Sebaliknya, WIKA hanya memiliki 38 persen saham PSBI.

Akibat dari kerugian besar yang dialami oleh perusahaan, Agung menyebut WIKA harus mencari modal tambahan dengan menerbitkan obligasi, yang justru membuat beban keuangan semakin meningkat. Namun, hingga saat ini, Whoosh belum memberikan tanggapan atas tuduhan yang dilayangkan oleh WIKA.

Dalam perspektif ini, terlihat bahwa proyek Whoosh telah menghadapi sejumlah masalah, baik dari segi biaya pembangunan yang melonjak drastis maupun dari sisi peluncurannya yang terlambat. Implikasinya terhadap WIKA begitu besar, membuat perusahaan mengalami kerugian finansial yang signifikan. Dengan demikian, perlu diadakan tinjauan menyeluruh atas proyek tersebut agar dapat menghindari dampak serupa yang bisa terjadi pada proyek-proyek infrastruktur yang lebih selanjutnya. 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved