Sumber foto: Google

Ekonomi Hijau di Indonesia, Peluang Baru atau Tantangan Besar untuk Industri?

Tanggal: 11 Mei 2025 09:45 wib.
Tampang.com | Konsep ekonomi hijau semakin mendominasi percakapan global, dengan banyak negara yang berusaha mengurangi dampak perubahan iklim dan meraih keuntungan dari sektor yang lebih ramah lingkungan. Di Indonesia, sektor industri mulai merespons tren ini, tetapi tantangan besar masih harus dihadapi untuk menerapkan prinsip ekonomi hijau secara menyeluruh.

Ekonomi Hijau: Konsep yang Semakin Digemari

Ekonomi hijau berfokus pada pertumbuhan ekonomi yang bersinergi dengan pelestarian lingkungan hidup. Di Indonesia, implementasi ekonomi hijau mulai mendapat perhatian lebih, terutama di sektor industri yang dikenal sebagai kontributor utama emisi karbon. Pemerintah Indonesia pun telah menetapkan target untuk mengurangi emisi karbon hingga 29% pada 2030 melalui berbagai kebijakan, termasuk peralihan ke energi terbarukan dan pengurangan sampah plastik.

“Konsep ekonomi hijau adalah jawaban untuk tantangan global seperti perubahan iklim. Banyak sektor industri yang sekarang mulai merencanakan transisi ke praktek bisnis yang lebih ramah lingkungan,” jelas Dwi, seorang analis kebijakan energi terbarukan.

Industri Indonesia Mulai Beralih, Namun Tidak Tanpa Tantangan

Meskipun sudah ada kesadaran untuk beralih ke ekonomi hijau, penerapan konsep ini di sektor industri Indonesia tidaklah mudah. Banyak perusahaan yang merasa terbebani oleh biaya investasi awal yang tinggi untuk beralih ke teknologi yang lebih ramah lingkungan, seperti sistem energi terbarukan atau pengelolaan limbah yang lebih baik.

“Proses untuk beralih ke sistem yang lebih ramah lingkungan membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Kami harus mengganti mesin dan peralatan yang lebih efisien, sementara dana yang tersedia terbatas,” ujar Rudi, pemilik pabrik di Cikarang.

Dampak Ekonomi Hijau terhadap Industri: Peluang atau Beban?

Namun, di balik tantangan, ada pula peluang yang dapat dimanfaatkan oleh industri Indonesia. Sektor ekonomi hijau diprediksi dapat mendorong terciptanya lapangan pekerjaan baru, terutama di bidang energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan teknologi ramah lingkungan lainnya. Selain itu, semakin banyak konsumen yang memilih produk yang berkelanjutan, memberi insentif bagi industri untuk bertransformasi.

“Ke depan, konsumen akan semakin memilih produk yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga berkelanjutan. Hal ini membuka peluang baru bagi kami yang mampu beradaptasi,” ujar Nia, CEO perusahaan makanan berbasis organik.

Pemerintah Diharapkan Lebih Mendukung Transisi ke Ekonomi Hijau

Pemerintah Indonesia memiliki peran penting dalam mendorong adopsi ekonomi hijau di sektor industri. Beberapa langkah telah diambil, seperti pemberian insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam teknologi ramah lingkungan dan pengembangan industri hijau. Meski demikian, para pelaku industri berharap ada kebijakan yang lebih mendalam, terutama dalam hal pendampingan teknis dan finansial.

“Jika pemerintah memberikan dukungan lebih, seperti pelatihan atau subsidi, transisi ini bisa lebih mudah diterima oleh industri. Ini juga akan mempercepat tercapainya target pengurangan emisi yang telah ditetapkan,” tambah Rudi.

Solusi: Kolaborasi dan Inovasi untuk Menyongsong Ekonomi Hijau

Para pengamat ekonomi dan industri menyarankan agar ada kolaborasi lebih erat antara pemerintah, pelaku industri, dan lembaga riset untuk mengembangkan solusi inovatif dalam penerapan ekonomi hijau. Penguatan sektor riset dan teknologi juga diperlukan untuk mempercepat adopsi teknologi ramah lingkungan yang lebih efisien dan terjangkau.

“Penting bagi Indonesia untuk memanfaatkan peluang ekonomi hijau dengan memaksimalkan riset dan kolaborasi. Ini bukan hanya tentang mengurangi dampak lingkungan, tetapi juga tentang menciptakan peluang ekonomi baru yang berkelanjutan,” tutup Dwi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved