Sumber foto: iStock

Dolar AS Terus Melemah, Dekati Level Terendah Sejak Januari

Tanggal: 16 Sep 2024 12:42 wib.
Nilai mata uang dolar Amerika Serikat (AS) semakin mendekati titik terendahnya sejak bulan Januari dengan para pelaku pasar atau trader semakin condong ke arah penurunan suku bunga sebesar setengah poin persentase oleh Federal Reserve minggu ini.

Menurut data indeks mata uang AS Bloomberg, terjadi penurunan sebesar 0,3% pada hari Senin waktu setempat yang mendekati level terendah sejak bulan Agustus. Penurunan ini dianggap sebagai sebuah indikasi yang akan membawanya ke level terlemah sejak Januari. Dampak dari penurunan dolar ini telah mendorong mata uang utama seperti yen, yang naik ke level tertinggi sejak Juli 2023.

Selama berminggu-minggu terjadi perdebatan mengenai apakah The Fed akan memulai pelonggaran kebijakannya dengan pemotongan 25 atau 50 basis poin. Namun, para pedagang lebih memilih opsi yang terakhir. Kontrak berjangka terkait dengan keputusan The Fed minggu ini memiliki harga sekitar 58% peluang pemotongan setengah poin, dibandingkan dengan lemparan koin pada hari Jumat lalu.

Rodrigo Catril, seorang ahli strategi di National Australia Bank Ltd., menyatakan, "Kami melihat siklus pelonggaran The Fed yang baru dan akan segera terjadi sebagai penghalang utama bagi dolar. Dolar akan memulai penurunan siklus saat Fed melonggarkan dan membawa suku bunga ke arah netral, atau bahkan di bawahnya, tahun depan."

Pergerakan greenback telah melemah terhadap sebagian besar mata uang utama selama sebulan terakhir. Hal ini memicu penguatan mata uang-mata uang yang pernah melemah seperti yen dan franc Swiss terhadap dolar. Mata uang Jepang bahkan berhasil memperpanjang kenaikannya pada hari Senin, naik melewati level 140 per dolar yang diawasi ketat karena investor bertaruh pada penyempitan perbedaan suku bunga antara kedua negara.

Seiring dengan para anggota The Fed yang sedang dalam masa libur sebelum pertemuan kebijakan 17-18 September, para trader memiliki beberapa poin data yang dapat diandalkan termasuk penjualan ritel bulan Agustus pada hari Selasa untuk mengukur pemikiran The Fed.

Sebuah indikator teknikal memberi sinyal dukungan untuk dolar karena momentum berubah menjadi bearish. David Forrester, pakar strategi di Credit Agricole CIB di Singapura, menyatakan, "Meskipun siklus pelonggaran The Fed berisiko menjadi front-loaded, kami pikir pasar menilai risiko ini secara berlebihan dan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin minggu ini, yang akan memberikan kenaikan pada dolar."

Survei yang dilakukan oleh Bloomberg terhadap para analis menunjukkan bahwa pasar masih sangat mendukung mata uang AS yang lebih lemah. Euro, Yen, Dolar Kanada, dan Australia semuanya diperkirakan akan menguat terhadap Dolar AS pada tahun depan. Bob Savage, kepala strategi dan wawasan pasar di BNY, menyatakan, "The Fed yang secara tak terduga bersikap dovish dapat melemahkan dolar. Hal ini dapat mengubah proyeksi inflasi untuk negara-negara, seperti Inggris yang mengimpor komoditas yang dihargai dalam dolar dan mendorong Norges Bank untuk mendukung mata uang yang terkait dengan minyak."

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved