Dolar AS Tertekan, Yen Jepang Makin Menjanjikan sebagai Mata Uang Utama
Tanggal: 30 Jun 2025 10:33 wib.
Tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin meningkat, menggiring prospek mata uang utama global ke arah penguatan, terutama Yen Jepang. Sentimen positif menuju perdamaian di Timur Tengah serta spekulasi mengenai pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) berkontribusi bagi pelemahan daya tarik dolar.
Menurut data dari Trading Economics, indeks dolar (DXY) tercatat pada level 97,31 per tanggal 26 Juni, pukul 20.17 WIB. Dalam 24 jam terakhir, DXY mengalami penurunan sebesar 0,38%, dan dalam sepekan terakhir, angka ini tercatat turun sebanyak 1,61%.
Mereka yang memantau pergerakan dolar dapat melihat bahwa mayoritas mata uang utama menunjukkan penguatan terhadap dolar, terutama Yen Jepang. Alwi Assegaf, seorang analis dari Trijaya Pratama Futures, menyatakan bahwa tekanan pada dolar AS ini dipicu oleh ekspektasi pelonggaran moneter yang direncanakan oleh The Fed pada bulan Juli mendatang. Data dari FedWatch Tool menunjukkan bahwa peluang pemangkasan suku bunga meningkat menjadi 25%, naik dari sebelumnya yang hanya 12%.
"Reaksi pasar ini juga dipicu oleh pernyataan mantan Presiden Donald Trump yang mengkritik kebijakan The Fed, serta desakan agar pemangkasan suku bunga dipercepat. Isu bahwa Trump akan menggantikan Jerome Powell sebelum tahun berakhir bahkan memperkuat sentiment negatif ini," ungkap Alwi dalam wawancara dengan Kontan.co.id.
Kekhawatiran terhadap independensi The Fed semakin membayangi prospek dolar. Ketika kredibilitas bank sentral mulai dipertanyakan, kepercayaan investor global terhadap mata uang ini bisa berkurang. Selain itu, ketidakpastian dalam kebijakan perdagangan AS juga turut memengaruhi dolar. Alwi merujuk pada kemungkinan diterapkannya kembali tarif terhadap Uni Eropa yang akan mulai diberlakukan pada tanggal 9 Juli mendatang, setelah masa tenggang yang telah berjalan selama 90 hari.
Dalam situasi yang berfluktuasi ini, Yen Jepang muncul sebagai mata uang yang paling menjanjikan. DXY telah menembus level support penting di angka 97,6, dan Alwi memprediksi bahwa indeks dolar dapat terus melanjutkan pelemahannya menuju angka 95, yang merupakan level terendah sejak Februari 2022.
Alasan utama di balik optimisme terhadap Yen adalah perbedaan dalam kebijakan moneter antara Bank of Japan (BoJ) yang kini terlihat lebih hawkish, serta The Fed yang berada dalam posisi dovish. Situasi geopolitik yang membaik juga berkontribusi pada penurunan harga minyak, yang menguntungkan Jepang yang sangat bergantung pada impor energi. Alwi menjelaskan bahwa potensi kenaikan suku bunga oleh BoJ di tengah kondisi inflasi energi yang mereda semakin memperkuat fundamental Yen.
Di sisi lain, prospek Euro (EUR) dinilai kurang menarik, terutama mengingat kemungkinan adanya pemangkasan suku bunga lanjutan dari European Central Bank (ECB). "Jika kita berbicara mengenai safe haven, saat ini Yen adalah pilihan yang paling menjanjikan," tegas Alwi.
Mengenai proyeksi pergerakan USD/JPY, Alwi memperkirakan pasangan mata uang ini akan bergerak di kisaran support antara 142 hingga 142,75 dan resistance di 145. Jika tekanan terhadap dolar berlanjut dan data ekonomi Jepang mendukung, maka ada kemungkinan besar USD/JPY akan mengarah menuju level support kuat di sekitar 142 dalam beberapa pekan ke depan.