Dolar AS Menguat Pasca Keputusan Pengadilan Blokir Tarif Impor Trump
Tanggal: 29 Mei 2025 22:31 wib.
Tampang.com | Pada pagi hari Kamis (29/5), nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penguatan yang signifikan setelah pengadilan perdagangan federal di AS memutuskan untuk memblokir kebijakan tarif impor yang dikenal dengan sebutan "Liberation Day" yang dikeluarkan oleh Presiden Donald Trump. Keputusan ini tidak hanya mengubah dinamika pasar, tetapi juga mendorong pergerakan besar dalam dunia valuta asing.
Mata uang greenback melihat lonjakan yang kuat terhadap beberapa mata uang utama, termasuk euro, yen Jepang, dan franc Swiss. Hal ini timbul di tengah meredanya ketegangan dalam perdagangan global yang telah menjadi perhatian besar bagi para pelaku pasar.
Putusan dari Court of International Trade yang berlokasi di Manhattan menegaskan bahwa wewenang untuk mengelola perdagangan luar negeri berada sepenuhnya di tangan Kongres, bukan presiden, bahkan dalam situasi darurat nasional. Respon dari pemerintahan Trump pun terbilang cepat, dengan pengajuan banding atas keputusan tersebut yang menunjukkan ketidakpuasan dan tantangan hukum yang akan datang.
Reaksi pasar seketika terlihat, di mana keputusan ini memicu rally untuk aset-aset berisiko dan mengangkat saham berjangka Wall Street ke posisi yang lebih baik. Dalam konteks ini, popularitas dolar AS kembali meningkat karena banyak investor mencari perlindungan di mata uang tersebut.
Beberapa pergerakan nilai tukar yang menonjol adalah dolar yang naik 0,6% terhadap yen Jepang, mencapai level ¥145,72. Dolar juga menguat sebesar 0,65% terhadap franc Swiss, kini berada di posisi 0,8326. Sementara itu, euro mengalami penurunan 0,5% menjadi US$1,1232, dan Poundsterling Inggris melemah 0,2% ke angka US$1,3432.
Indeks dolar (DXY), yang mengukur kekuatan dolar terhadap enam mata uang utama dunia, berhasil rebound dan kembali di atas level 100 untuk pertama kalinya dalam sepekan, tercatat pada posisi 100,40. Hal ini menandakan kekuatan relatif dari dolar dalam situasi pasar yang tidak menentu.
Ray Attrill, seorang Kepala Strategi Valas di National Australia Bank, menjelaskan bahwa reaksi pasar terhadap keputusan ini sangat spontan. “Reaksi yang terjadi tampaknya berhasil menghapus pergerakan yang sebelumnya didorong oleh kekhawatiran akibat pengumuman ‘Liberation Day’,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa ketidakpastian yang timbul setelah pengumuman tarif yang kontroversial tersebut sempat membuat investor kehilangan kepercayaan terhadap aset di AS, yang mengakibatkan aksi jual dan penurunan dolar hampir sebesar 8% sejak awal tahun.
Di sisi lain, pergerakan mata uang komoditas menunjukkan bahwa dolar Australia tetap stabil di kisaran US$0,6428, sedangkan dolar Selandia Baru mengalami sedikit penurunan sebesar 0,13% ke level US$0,59595.
Melihat ke depan, pelaku pasar kini tengah menantikan sejumlah data ekonomi penting dari AS, termasuk pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dan inflasi PCE yang akan dirilis. Data ini diperkirakan akan memberikan gambaran baru mengenai arah kebijakan suku bunga The Fed di masa mendatang, yang merupakan faktor penting bagi arah pergerakan dolar dan keseluruhan kondisi ekonomi.