Sumber foto: iStock

Dolar AS Mengalami Reli dan Diprediksi Akan Naik Lagi

Tanggal: 4 Okt 2024 11:06 wib.
Kurs dolar Amerika Serikat (dolar AS) mengalami penguatan sepanjang minggu ini. Hal ini menimbulkan pertanyaan dari para pelaku pasar mengenai seberapa agresif pemangkasan suku bunga Federal Reserve dibandingkan dengan kebijakan yang dilakukan oleh negara-negara lain di dunia. Bloomberg Dollar Spot Index mencatat kenaikan selama empat sesi berturut-turut pada hari Kamis di Amerika Serikat, yang merupakan kenaikan terpanjang dalam satu bulan.

Pelaku pasar saat ini sedang memperhatikan laporan pekerjaan bulanan Amerika Serikat yang dijadwalkan akan dirilis pada hari Jumat. Perkiraan pasar menunjukkan adanya perlambatan pertumbuhan lapangan kerja secara bertahap, dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya.

Menurut Kathleen Brooks, direktur riset di broker valuta asing XTB, ada potensi risiko dari hasil laporan gaji yang lebih kuat untuk bulan September. Hal ini berpotensi memicu pergerakan yang lebih besar dari biasanya pada saham-saham AS dan nilai tukar dolar. 

Para pelaku pasar saat ini berhati-hati dalam mengambil keputusan terhadap nilai tukar dolar karena adanya ketidakpastian terkait dengan kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve dan juga situasi politik di Amerika Serikat. Kondisi ini membuat penguatan dolar kali ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor internal.

Selain itu, aksi jual mata uang utama lainnya seperti Pound dan Yen juga turut mendukung penguatan dolar pada sesi ini. Pound mengalami penurunan lebih dari 1% terhadap dolar pasca Gubernur Bank of England Andrew Bailey memberikan isyarat adanya potensi pelonggaran moneter yang lebih agresif jika inflasi tetap rendah. Sementara itu, Yen juga mengalami pelemahan usai Perdana Menteri Jepang yang baru, Shigeru Ishiba, mengungkapkan pendapat bahwa ekonomi belum siap untuk kenaikan suku bunga.

Menurut Jayati Bharadwaj, seorang ahli strategi mata uang di TD Securities, dolar AS terlihat murah dan oversold, sehingga berpotensi untuk menguat lebih tinggi dengan perhatian pasar yang mulai bergeser ke luar AS ke seluruh dunia. Data ekonomi AS yang stabil juga menjadi faktor pendorong penguatan dolar, sementara data di negara-negara lain cenderung mengalami moderasi atau perlambatan sehingga mempengaruhi evaluasi kembali kebijakan bank sentral di negara-negara tersebut.

Selain faktor ekonomi, kabar eskalasi konflik di Timur Tengah, di mana Iran menembakkan sekitar 200 rudal balistik ke Israel sebagai respons atas serangan Israel di Lebanon, juga turut memberikan dampak positif terhadap nilai tukar dolar. Hal ini dikarenakan dalam situasi tekanan geopolitik, dolar sering dianggap sebagai aset safe haven yang aman bagi investor. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menyatakan komitmen untuk membalas tindakan tersebut, sehingga hal ini memberikan sentimen positif terhadap dolar AS.

Dari berbagai faktor tersebut, penguatan dolar AS dalam beberapa sesi terakhir tampaknya didorong oleh kombinasi dari faktor internal AS, situasi ekonomi di negara-negara lain, dan juga permasalahan geopolitik di Timur Tengah. Hal ini memberikan dorongan positif bagi pelaku pasar untuk memilih dolar AS sebagai aset safe haven dalam situasi ketidakpastian global yang sedang terjadi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved