Sumber foto: Goggle

Dolar AS Kokoh, Rupiah Melemah Pasca Joe Biden Mundur dari Pilpres

Tanggal: 22 Jul 2024 22:42 wib.
Pada awal pekan, Senin (22/7/2024), mata uang Rupiah dibuka melemah kembali ke posisi Rp16.233 per dolar AS. Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa Rupiah mengalami penurunan sebesar 0,26% ke level Rp16.233 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau menguat sebesar 0,02% menjadi 104,085.

Penurunan nilai Rupiah ini terjadi setelah pengumuman mundurnya Joe Biden dari pencalonan Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Berbagai mata uang kawasan Asia juga mengalami pergerakan bervariasi terhadap dolar AS. Yen Jepang, dolar Singapura, peso Filipina, rupee India, yuan China, dan baht Thailand turut mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Namun, ada juga mata uang yang menguat terhadap dolar AS, yaitu ringgit Malaysia dan won Korea.

Ibrahim Assuaibi, Direktur Laba Forexindo Berjangka, memproyeksikan bahwa Rupiah kemungkinan akan mengalami fluktuasi namun tetap ditutup melemah di kisaran Rp16.180 - Rp16.240 per dolar AS. Dia juga menyebutkan bahwa optimisme terhadap penurunan suku bunga di AS meningkat, dengan lebih dari 90% peluang Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September.

Di sisi lain, European Central Bank (ECB) mempertahankan suku bunga kebijakannya pada level 4,25 persen. Christine Lagarde, Presiden ECB, juga memberikan sinyal bahwa keputusan penurunan suku bunga kembali pada September 2024 masih terbuka lebar.

Selain itu, AS sedang mempertimbangkan pembatasan perdagangan yang lebih ketat terhadap Tiongkok, terutama terkait sektor teknologi dan pembuatan chip. Hal ini telah meningkatkan kekhawatiran atas kemungkinan terjadinya perang dagang baru antara kedua negara tersebut. Dari dalam negeri, pemerintah telah menyiapkan berbagai strategi untuk mendorong peningkatan kinerja perdagangan pada semester II/2024.

Salah satu strategi yang ditempuh adalah memperkuat transformasi struktur ekspor menuju peningkatan ekspor produk manufaktur. Selain itu, ekspansi pasar ekspor ke wilayah Asean, Asia Selatan, Timur Tengah, Afrika, dan Amerika Latin juga menjadi fokus penting. Pemerintah juga berkomitmen untuk menyelesaikan perjanjian perdagangan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dan Free Trade Agreement (FTA) yang masih dalam tahap penyelesaian.

Tidak hanya itu, pemerintah juga fokus pada upaya penurunan tarif untuk meningkatkan ekspor serta memperkuat peran perwakilan perdagangan luar negeri dan digitalisasi perdagangan. Semua langkah ini diharapkan dapat membantu memperbaiki kinerja perdagangan Indonesia di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Berbagai faktor eksternal dan internal tersebut berpotensi memengaruhi nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS. Peruataan kebijakan moneter dan fiskal, perkembangan ekonomi global, serta situasi perdagangan internasional menjadi hal yang perlu terus dimonitor agar dapat mengambil tindakan yang tepat dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Semua pihak, baik pemerintah maupun pelaku pasar, perlu bersinergi untuk menciptakan kondisi ekonomi yang stabil dan berkembang. Jaga Selalu Dolar AS dan Rupiah agar stabil dan sehat.  
Copyright © Tampang.com
All rights reserved