Sumber foto: Google

Dilema Ekonomi: Uang Makin Susah Dicari, Tapi Makin Mudah Dihabiskan

Tanggal: 23 Jun 2025 09:56 wib.
Di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu, masyarakat kini merasakan sebuah dilema yang semakin nyata: uang semakin susah dicari, namun di sisi lain, pengeluaran semakin tinggi dan beragam. Menurut Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, fenomena ini terjadi karena berbagai faktor yang mempengaruhi kondisi keuangan masyarakat.

Salah satu penyebab utama dari dilema ini adalah meningkatnya biaya hidup. Piter Abdullah menjelaskan bahwa berbagai pos pengeluaran baru telah muncul yang sebelumnya tidak ada. Misalnya, kebutuhan akan internet kini menjadi hal yang penting dan harus dipenuhi, terutama di era digital ini. Dulu, masyarakat mungkin tidak terlalu memikirkan biaya internet karena aksesnya yang terbatas. Namun sekarang, dengan banyaknya aktivitas yang bergantung pada internet, seperti pekerjaan, pendidikan, dan bahkan hiburan, maka biaya ini menjadi pos pengeluaran yang tidak bisa diabaikan.

Biaya-biaya lain juga terus meningkat, baik itu kebutuhan pokok, kesehatan, pendidikan, maupun transportasi. Fenomena inflasi yang terjadi di berbagai sektor mendorong harga barang dan jasa naik, sehingga daya beli masyarakat semakin menurun. Dalam konteks ini, Piter Abdullah menekankan bahwa masyarakat tidak hanya berjuang untuk menghasilkan uang, tetapi juga menghadapi kenyataan bahwa setiap rupiah yang diperoleh harus dihabiskan untuk biaya-biaya yang semakin kompleks dan beragam.

Melihat realitas tersebut, harus diakui bahwa banyak orang saat ini merasa terperangkap dalam siklus pengeluaran yang tidak berkesudahan. Misalnya, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, banyak yang terpaksa mengambil pinjaman atau berutang hanya untuk menyambung kehidupan. Hal ini tentu saja menjadi masalah serius apabila tidak dikelola dengan bijak, karena berpotensi menambah beban finansial di masa depan. 

Dalam konteks pengeluaran yang semakin tinggi, faktor gaya hidup juga berperan besar. Masyarakat semakin dituntut untuk mengikuti tren guna menjaga eksistensi sosial, yang pada gilirannya menambah pos pengeluaran. Hal ini dapat dilihat dari berbagai promosi di media sosial yang mengajak untuk berbelanja, berlibur, atau mengupdate gadget dengan yang terbaru. Kebutuhan-kebutuhan yang semula dianggap sekunder kini berubah menjadi primer akibat pengaruh media yang sangat kuat.

Piter Abdullah juga menjelaskan bahwa saat ini, kita hidup dalam dunia yang serba online, yang di satu sisi memberikan kemudahan tetapi di sisi lain juga menciptakan tekanan untuk selalu berada dalam "arus" konsumsi. Taktik pemasaran yang canggih membuat orang lebih mudah terpengaruh untuk menghabiskan uang mereka tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kondisi keuangan pribadi.

Situasi ini menjadi semakin rumit ketika ditambah dengan kurangnya literasi keuangan di kalangan masyarakat. Banyak individu yang masih belum memahami manajemen keuangan yang baik, sehingga cenderung menghabiskan uang tanpa perencanaan yang matang. Akibatnya, ketika tiba saatnya untuk mengatasi masalah finansial, mereka merasa kewalahan dan tidak tahu harus berbuat apa.

Melihat dari sisi positif, semua ini bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat untuk lebih cermat dalam merencanakan dan mengelola anggaran keuangan. Kesadaran akan pentingnya manajemen keuangan yang baik menjadi krusial agar tidak terjebak dalam siklus pengeluaran yang tidak ada habisnya, meskipun tantangan akan selalu ada dan kadang kala sulit untuk dihadapi.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved