Digitalisasi Ekonomi Masif, Tapi Rakyat Kecil Masih Gagap Teknologi!
Tanggal: 16 Mei 2025 20:02 wib.
Tampang.com | Pemerintah dan pelaku industri terus mendorong ekonomi digital sebagai mesin pertumbuhan baru Indonesia. Dari e-commerce, fintech, hingga layanan berbasis aplikasi, sektor ini diproyeksikan menyumbang lebih dari 20% terhadap PDB nasional pada 2030. Namun, di tengah geliat tersebut, jutaan rakyat kecil justru belum mampu ikut serta karena masih tertinggal secara literasi dan akses teknologi.
UMKM Tertinggal di Tengah Ledakan Ekonomi Digital
Usaha mikro dan kecil di daerah kerap kesulitan menyesuaikan diri dengan platform digital. Banyak di antaranya tidak memiliki perangkat yang memadai, tidak memahami cara promosi online, bahkan tidak memiliki rekening bank aktif.
“Kami dengar soal digitalisasi, tapi kami masih pakai kalkulator dan catatan manual. Mau buka toko online? Internet saja sering putus,” keluh Siti Nuraini, pemilik warung kelontong di Banyumas.
Akses Internet Tak Merata, Pedesaan Tertinggal
Data dari BPS menunjukkan bahwa lebih dari 30% wilayah pedesaan di Indonesia masih mengalami keterbatasan akses internet stabil. Sementara itu, pelatihan digital yang diselenggarakan pemerintah atau swasta masih terkonsentrasi di perkotaan.
“Kita bicara teknologi 5G, tapi di banyak desa sinyal 3G saja tidak stabil. Bagaimana rakyat bisa ikut transformasi ekonomi?” ujar Dimas Prakoso, analis ICT dari ICT Watch.
Program Digitalisasi Cenderung Elitis
Kritik juga datang dari berbagai kalangan yang menilai bahwa program transformasi digital seringkali lebih memanjakan korporasi besar atau startup yang sudah mapan, sementara pelaku ekonomi rakyat hanya jadi penonton.
“Subsidi internet dan pelatihan digital harusnya menyasar rakyat kecil dan UMKM, bukan cuma ekosistem unicorn yang sudah punya modal besar,” tegas Dimas.
Solusi: Literasi Digital dan Infrastruktur Harus Seiring
Para pakar menyarankan agar kebijakan ekonomi digital tidak hanya fokus pada ekspansi aplikasi atau transaksi digital, tapi juga pada pembangunan infrastruktur dasar dan pelatihan literasi digital yang inklusif, menyasar petani, nelayan, ibu rumah tangga, hingga pelaku usaha mikro.
“Kalau tidak inklusif, ekonomi digital hanya akan memperlebar jurang antara si kaya dan si miskin,” tambah Dimas.
Ekonomi Digital untuk Semua, Bukan Segelintir
Transformasi ekonomi digital seharusnya memperkuat daya saing rakyat kecil, bukan justru membuat mereka tertinggal lebih jauh. Pemerintah harus memastikan bahwa kemajuan teknologi benar-benar bisa diakses dan dimanfaatkan oleh semua lapisan masyarakat.