Deflasi Pertama dalam 25 Tahun! Apa Artinya bagi Dompet Kita?
Tanggal: 12 Apr 2025 21:24 wib.
Tampang.com | Untuk pertama kalinya dalam 25 tahun terakhir, Indonesia mencatatkan deflasi tahunan, sebuah kondisi ekonomi yang jarang terjadi namun memiliki dampak besar—baik yang terlihat maupun yang tersembunyi—terhadap daya beli masyarakat, perilaku belanja, dan arah kebijakan ekonomi nasional.
Apa Itu Deflasi dan Kenapa Ini Mengejutkan?
Deflasi adalah kondisi ketika harga barang dan jasa secara umum mengalami penurunan dalam periode tertentu. Bila inflasi membuat harga-harga naik, deflasi justru membuat harga menurun. Awalnya ini terdengar seperti kabar baik untuk konsumen: harga lebih murah, daya beli terasa meningkat.
Namun dalam jangka panjang, deflasi bisa menjadi alarm bahaya. Kenapa? Karena penurunan harga yang terus-menerus bisa membuat perusahaan mengurangi produksi, PHK karyawan, dan akhirnya menyebabkan perlambatan ekonomi.
Angka yang Mengagetkan
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami penurunan sebesar 0,2% secara tahunan (year-on-year) per Maret 2025. Ini pertama kalinya sejak krisis moneter 1998 Indonesia mencatatkan deflasi tahunan.
Beberapa sektor utama yang mencatat penurunan harga:
Pangan: Harga beras, cabai, dan bawang turun drastis karena panen raya dan distribusi lancar.
Transportasi: Tarif angkutan menurun seiring penurunan harga BBM nonsubsidi.
Sektor jasa: Beberapa layanan hotel dan restoran menurunkan tarif akibat menurunnya permintaan.
Apa Dampaknya bagi Kita?
Harga Barang Lebih Murah, tapi...
Sementara masyarakat bisa menikmati harga yang lebih murah, produsen dan pelaku usaha mulai menahan produksi, bahkan melakukan diskon besar-besaran untuk mengosongkan stok. Ini berpotensi mengurangi lapangan kerja.
Investasi Melambat
Deflasi membuat pelaku usaha dan investor ragu untuk mengembangkan bisnis, karena pendapatan mereka bisa menurun. Ini membuat pertumbuhan ekonomi ikut melambat.
Daya Beli Bisa Terpukul
Jika perusahaan mulai mengurangi jam kerja atau melakukan PHK, maka uang di kantong masyarakat juga akan ikut menyusut, menekan daya beli secara lebih luas.
Bagaimana Respon Pemerintah dan BI?
Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan mengambil langkah pelonggaran moneter, seperti menurunkan suku bunga demi mendorong belanja dan investasi. Pemerintah juga berpotensi meningkatkan belanja negara untuk menjaga konsumsi domestik.
Namun, kebijakan ini tetap perlu diiringi pengawasan ketat, karena terlalu agresif bisa berbalik menciptakan inflasi tak terkendali.
Jadi, Haruskah Kita Panik?
Belum tentu. Deflasi saat ini bisa dibilang masih dalam kategori ringan dan disebabkan oleh faktor musiman seperti panen raya. Tapi jika tren ini terus berlanjut hingga pertengahan tahun, maka kita patut waspada akan risiko ekonomi lesu dan melemahnya dunia usaha.