Sumber foto: iStock

Dear Sri Mulyani, Implementasi Windfall Tax Saatnya Dilakukan, Rakyat Sedang Kesulitan

Tanggal: 13 Jul 2024 09:13 wib.
Ekonom senior dan pendiri Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Faisal Basri mengingatkan pemerintah untuk mulai menerapkan windfall profit tax. Menurutnya, saat ini sudah terbukti sejak pesta durian runtuh atau meroketnya harga-harga komoditas pasca Pandemi Covid-19 dan pecahnya perang Rusia-Ukraina, yang menikmati hanyalah segelintir pengusaha.

Saat windfall profit terjadi pada 2022, industri batu bara misalnya berhasil memperoleh keuntungan penjualan ekspor senilai Rp 1.000 triliun. Hal ini menunjukkan betapa besar potensi pendapatan yang bisa diperoleh pemerintah dari penerapan Windfall Profit Tax. Meskipun harga komoditas sudah normalisasi, keuangan negara pun mulai defisit karena kurangnya penerimaan pajak.

Faisal Basri menegaskan bahwa penerimaan dari ekspor batu bara pada 2022 senilai US$ 46,76 miliar, naik secara signifikan dari tahun 2021 sebesar US$ 26,53 miliar, dan tahun 2020 bahkan hanya US$ 14,53 miliar. Oleh karena itu, diharapkan pemerintah dapat mengambil langkah konkret seperti yang dilakukan di beberapa negara lain yang menerapkan windfall tax profit sehingga keuntungan dari penerimaan pajak bisa digunakan untuk membantu masyarakat umum yang sudah tertekan inflasi tinggi.

Faisal memberikan contoh peraturan di Mongolia, di mana 70% dari windfall profit diambil untuk kepentingan negara. Indonesia, sebagai negara dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah, memiliki potensi besar untuk menerapkan kebijakan serupa.

Kenaikan PPN yang direncanakan pada tahun 2025, menurut Faisal, akan membuat rakyat menjadi korban dengan kondisi harga jual berbagai kebutuhan pokok yang sudah sangat tinggi. Kebijakan ini akan semakin memperburuk daya beli masyarakat yang sudah terpuruk akibat inflasi tinggi.

Selain itu, dampak dari kebijakan tersebut juga akan terasa dalam penerimaan negara. Hingga Semester I-2024, penerimaan pajak hanya mencapai Rp 893,8 triliun, turun 7,9% dari periode yang sama tahun lalu. Hal ini disebabkan oleh penurunan PPh Badan akibat turunnya profitabilitas perusahaan, yang merupakan dampak dari moderasi harga komoditas pada tahun sebelumnya. Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan, menekankan bahwa penurunan pajak terutama disebabkan penurunan PPh Badan akibat turunnya profitabilitas perusahaan.

Faisal Basri berpendapat bahwa penurunan pajak yang disebabkan oleh penurunan PPh Badan seharusnya dapat diatasi dengan menerapkan Windfall Profit Tax. Dengan demikian, keuntungan dari windfall profit dapat diarahkan untuk membantu masyarakat yang sudah tertekan oleh inflasi tinggi dan daya beli yang melemah.

Pemerintah perlu mempertimbangkan langkah konkrit dalam penerapan Windfall Profit Tax sebagai alternatif untuk mengatasi defisit keuangan negara. Dengan memanfaatkan potensi pendapatan dari sektor komoditas, pemerintah dapat mengurangi beban inflasi tinggi yang dialami oleh masyarakat serta memperkuat penerimaan negara. Penekanan pada penerapan kebijakan ini penting untuk memastikan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.

Faisal Basri: Implementasi Windfall Profit Tax untuk Meringankan Beban Inflasi

Faisal Basri, ekonom senior dan pendiri Institute for Development of Economics and Finance (Indef), memperingatkan pemerintah mengenai pentingnya menerapkan windfall profit tax dalam menghadapi kondisi ekonomi saat ini. Pesta durian runtuh atau meroketnya harga-harga komoditas pasca Pandemi Covid-19 dan pecahnya perang Rusia-Ukraina telah memberikan keuntungan yang tak seimbang, dimana hanya segelintir pengusaha yang menikmatinya. Sementara itu, rakyat terbebani oleh inflasi tinggi dan pemerintah mulai terdampak oleh anjloknya penerimaan pajak akibat normalisasi harga komoditas.

Faisal menyampaikan bahwa implementasi Windfall Profit Tax merupakan langkah yang tepat dalam menghadapi kondisi saat ini. Pada tahun 2022, industri batu bara saja berhasil memperoleh keuntungan penjualan ekspor senilai Rp 1.000 triliun, yang menunjukkan potensi besar dari sektor komoditas dalam memberikan kontribusi pada penerimaan negara. Hal ini juga sejalan dengan catatan Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai nilai ekspor batu bara yang mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun sebelumnya.

Menurut Faisal, di berbagai negara, windfall tax profit telah diterapkan untuk mengoptimalkan penerimaan negara. Contohnya, di Mongolia, sebanyak 70% dari windfall profit diambil untuk kepentingan negara. Di Indonesia, penerapan kebijakan serupa dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mengatasi defisit keuangan negara yang sedang terjadi.

Selain itu, Faisal juga mengkritisi rencana kenaikan PPN yang direncanakan pada tahun 2025. Menurutnya, kebijakan tersebut akan semakin memperburuk kondisi rakyat yang sudah tersakiti oleh inflasi tinggi. Dampaknya tidak hanya akan terasa pada daya beli masyarakat, tetapi juga pada penerimaan negara yang saat ini sedang mengalami penurunan. Hingga Semester I-2024, penerimaan pajak tercatat turun 7,9% dari periode yang sama tahun lalu, yang disebabkan oleh penurunan PPh Badan akibat turunnya profitabilitas perusahaan.

Faisal Basri menegaskan bahwa dengan menerapkan Windfall Profit Tax, pemerintah dapat menyeimbangkan pendapatan negara dan membantu masyarakat yang tengah mengalami tekanan akibat inflasi tinggi. Langkah ini sejalan dengan prinsip bahwa kekayaan alam yang terkandung di dalamnya seharusnya dikuasai negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, bukan segelintir orang.

Implementasi kebijakan Windfall Profit Tax juga akan memberikan manfaat jangka panjang bagi keuangan negara. Sebagai negara yang memiliki potensi besar dari sektor komoditas, penerapan kebijakan ini dapat mengurangi beban inflasi tinggi yang dialami oleh masyarakat serta menjaga daya beli masyarakat agar tetap stabil.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengakui bahwa penurunan pajak terutama disebabkan penurunan PPh Badan akibat turunnya profitabilitas perusahaan. Dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR, Sri Mulyani menegaskan bahwa kebijakan yang diambil saat ini perlu mendapatkan dukungan yang tepat guna mengatasi defisit keuangan negara.

Faisal Basri juga menyoroti bahwa penerimaan negara dari sisi pajak hingga Semester I-2024 juga mengalami penurunan yang signifikan. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan PPh Badan sejalan dengan moderasi harga komoditas pada tahun sebelumnya.

Dalam konteks ini, implementasi Windfall Profit Tax menjadi penting bagi pemerintah. Langkah konkret ini juga sejalan dengan prinsip yang dipegang oleh Faisal, bahwa keuntungan dari windfall profit seharusnya dapat digunakan untuk membantu masyarakat yang sedang mengalami tekanan akibat inflasi tinggi.

 
Copyright © Tampang.com
All rights reserved