Daya Beli Lesu, Penjualan Minuman Ringan Tertekan Sejak 2023
Tanggal: 17 Mei 2025 15:14 wib.
Tampang.com | Industri minuman ringan di Indonesia menghadapi tantangan berat seiring perlambatan ekonomi global yang berdampak pada daya beli masyarakat. Asosiasi Industri Minuman Ringan (ASRIM) mencatat tren penurunan penjualan sudah terjadi sejak tahun 2023 dan semakin terasa pada awal 2025.
Ketua Umum ASRIM, Triyono Prijosoesilo, menyampaikan bahwa sektor minuman non-air minum dalam kemasan (non-AMDK) menunjukkan penurunan volume penjualan yang cukup signifikan.
“Kami mencatat penurunan volume penjualan pada beberapa kategori minuman non-AMDK, dan kondisi ini semakin menantang setelah pertumbuhan ekonomi kuartal pertama 2025 hanya sebesar 4,87 persen, di bawah ekspektasi pasar,” jelas Triyono dalam keterangan resmi, Kamis (15/5/2025).
Data Penjualan yang Terus Melemah
Menurut data dari Nielsen pada Maret 2025, sektor minuman non-AMDK masih mengalami kontraksi sekitar 4,4 persen. Sementara itu, Center of Economic and Law Studies (CORE) Indonesia juga melaporkan adanya tren konsumsi yang melemah, bahkan pada momen Ramadhan dan Lebaran yang biasanya mendorong konsumsi, lonjakan permintaan tahun ini tidak terjadi.
Indeks Penjualan Riil (IPR) kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau hanya tumbuh 1,3 persen pada kuartal I-2025, jauh menurun dibandingkan pertumbuhan 7,5 persen pada tahun sebelumnya.
Dorongan Kolaborasi Pemerintah dan Industri
Triyono menegaskan pentingnya kolaborasi yang erat antara pemerintah dan pelaku industri untuk menghadapi tekanan ini. ASRIM siap menjadi mitra konstruktif, memberikan data dan pandangan secara transparan agar kebijakan yang dihasilkan tidak hanya mengutamakan kesehatan publik tetapi juga mempertimbangkan keberlanjutan industri, tenaga kerja, dan ekosistem UMKM pendukung rantai pasok.
“Pendekatan berbasis data dan komprehensif akan membantu menemukan solusi terbaik yang berkeadilan untuk semua pihak,” ujarnya.
Respons Pemerintah Terhadap Tantangan Industri
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian, Merrijantij Punguan Pintaria, mengungkapkan bahwa pemerintah terus menjaga iklim usaha sektor makanan dan minuman dengan kebijakan adaptif. Dialog terbuka dan evaluasi kebijakan secara berkelanjutan menjadi fokus agar daya saing industri tetap terjaga.
“Pemerintah juga menyiapkan skema transisi terbaik untuk membantu sektor ini menghadapi tantangan dan mempertahankan pertumbuhan,” kata Merrijantij.
Proyeksi dan Harapan ke Depan
Meski konsumen semakin berhati-hati dalam berbelanja akibat tekanan harga dan ekonomi, data dari NielsenIQ memperlihatkan bahwa minuman siap saji tetap menjadi salah satu pendorong utama sektor barang konsumsi cepat saji (FMCG) di Indonesia. Minuman siap saji masih dianggap sebagai kebutuhan esensial bagi konsumen.
ASRIM optimistis dengan sinergi antara pemerintah dan pelaku industri, pertumbuhan sektor minuman ringan dapat kembali tumbuh secara berkelanjutan di tengah tantangan ekonomi yang masih ada sepanjang 2025.