Dampak Perang Dagang Trump: Bagaimana Kebijakan Tarif Menghantam Startup Teknologi di AS dan Global
Tanggal: 24 Apr 2025 08:30 wib.
Perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump terhadap China membawa dampak besar yang tidak hanya dirasakan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Apple dan Nvidia, tetapi juga oleh startup teknologi yang sedang berkembang. Kebijakan tarif resiprokal yang tinggi, yang diberlakukan Trump, semakin memperburuk ketidakpastian ekonomi global, membuat investor dan pelaku industri teknologi semakin khawatir. Fenomena ini bahkan berpotensi mengguncang dunia startup, baik di Amerika Serikat maupun di negara lainnya, seperti Indonesia.
Kebijakan Tarif Trump: Dampak Langsung pada Industri Teknologi
Salah satu kebijakan utama yang diberlakukan oleh Presiden Trump adalah tarif resiprokal terhadap China yang mencapai 145%, dengan ancaman kenaikan hingga 245%. China membalas dengan tarif 125% terhadap barang-barang dari AS. Selain itu, tarif tambahan sebesar 10% juga diberlakukan pada barang-barang dari negara lain, termasuk Indonesia. Kebijakan ini mengarah pada ketidakpastian perdagangan yang sangat tinggi, terutama bagi perusahaan-perusahaan yang bergantung pada rantai pasokan global.
Dalam dunia startup teknologi, situasi ini menciptakan banyak ketidakpastian. Tom Drummond, Managing Partner di Heavybit, sebuah firma modal ventura yang berbasis di San Francisco, mengatakan kepada Wired bahwa situasi saat ini sangat membingungkan bagi para investor dan pengusaha. "Tak ada yang tahu apa yang sedang terjadi," katanya. Ketidakpastian ini tidak hanya berdampak pada perusahaan besar, tetapi juga pada startup kecil yang sedang berkembang.
Risiko bagi Startup yang Bergantung pada Perdagangan Global
Bagi banyak startup yang beroperasi di sektor teknologi, khususnya yang mengandalkan rantai pasokan internasional, dampak tarif ini dapat sangat signifikan. Startup yang berfokus pada perangkat keras (hardware) dan teknologi hijau, serta industri bioteknologi, adalah yang paling terpengaruh. Perusahaan-perusahaan ini sangat bergantung pada bahan baku dan komponen yang diperoleh dari luar negeri, terutama dari China. Jika tarif terus berlangsung, risiko penurunan margin laba dan meningkatnya biaya produksi akan semakin besar.
Drummond menjelaskan bahwa dampak tarif bisa dibagi menjadi dua tingkat. Tingkat pertama terjadi ketika startup langsung bergantung pada perdagangan internasional untuk produk atau layanannya. Dampak tingkat kedua dirasakan jika ekonomi global mengalami resesi, yang akan mengurangi daya beli konsumen. Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam transaksi lintas negara, seperti perangkat keras dan teknologi hijau, saat ini menghadapi tantangan besar untuk tetap bertahan.
Investor Mengubah Pendekatan: Fokus pada Jangka Panjang
Dalam menghadapi ketidakpastian ini, beberapa investor yang mendanai startup teknologi skala kecil dan menengah mulai merubah pendekatan mereka. Beberapa investor memutuskan untuk memperpanjang siklus investasi dan menahan dana mereka untuk sementara waktu. Ada juga yang berencana untuk menjual saham mereka ke perusahaan swasta atau manajer aset, alih-alih mempertahankannya dalam portofolio mereka.
Chip Hazard, General Partner di Flybridge Capital, mengirimkan pesan kepada lebih dari 400 pendiri startup untuk mengingatkan mereka tentang situasi pasar yang kacau. Ia mengingatkan bahwa akses ke pendanaan akan menjadi semakin sulit, dan para pendiri startup harus berhati-hati dalam menggunakan modal mereka. Dalam pesannya, Hazard menekankan pentingnya para pendiri untuk menilai risiko dan peluang yang mungkin timbul akibat kebijakan tarif ini, serta mempercepat proses penggalangan dana jika memungkinkan.
IPO Terhambat: Ketidakpastian Menunda Rencana Banyak Startup
Sebelum masa pemerintahan Trump, banyak investor berharap bahwa pasar IPO (Initial Public Offering) teknologi akan pulih setelah kemerosotan pada tahun 2022. Namun, perang dagang dan kebijakan tarif yang tidak pasti telah menambah ketidakpastian di pasar modal. Banyak startup yang sebelumnya berencana untuk melantai di bursa saham terpaksa menunda rencana mereka. Perusahaan seperti Chime, StubHub, dan Klarna memutuskan untuk menunda IPO mereka karena ketidakpastian yang ditimbulkan oleh perang dagang ini.
Namun, beberapa startup, seperti CoreWeave, tetap melanjutkan IPO mereka, meskipun dalam jumlah yang terbatas. Meskipun ada harapan bahwa pasar IPO akan pulih, para analis dari KPMG memperingatkan bahwa ketidakpastian pasar akan mendorong banyak startup untuk mencari cara alternatif untuk mendapatkan pendanaan, selain melalui IPO.
Pasar Sekunder Meningkat: Penjualan Saham Melalui Investasi Swasta
Sebagai respons terhadap ketidakpastian ini, banyak investor kini berfokus pada pasar sekunder, di mana saham startup dapat dijual sebelum mereka mencapai IPO. Charles Hudson, Managing Partner di Precursor, sebuah firma modal ventura yang berfokus pada startup tahap awal, mengatakan bahwa pasar sekunder kemungkinan akan menjadi sumber likuiditas utama bagi investor dalam lima tahun ke depan. Pasar sekunder ini memberikan peluang bagi investor untuk menjual saham mereka sebelum startup benar-benar melantai di bursa saham.
Para analis juga memperingatkan bahwa investasi di pasar global, khususnya di China dan Eropa, kini semakin berisiko. PitchBook, sebuah perusahaan analisis pasar modal, mencatat bahwa transaksi investasi modal ventura dari AS ke Eropa dan China menurun drastis pada kuartal pertama tahun 2025. Ini mencerminkan penurunan minat investor terhadap startup dengan strategi "global first", yang kini dianggap rentan di tengah ketegangan perdagangan internasional.
Sektor AI dan Keamanan: Masih Menarik untuk Investasi
Meskipun tantangan besar, ada beberapa sektor yang tetap menarik bagi investor, terutama di bidang kecerdasan buatan (AI), teknologi pertahanan, dan teknologi keamanan. Startup di sektor-sektor ini masih mendapat perhatian investasi yang signifikan. Misalnya, OpenAI dan Anthropic baru-baru ini mengumumkan pendanaan baru senilai US$43 miliar pada kuartal pertama 2025, menunjukkan bahwa industri AI masih mampu menarik dana besar.
Namun, meskipun sektor AI menjanjikan, startup kecil yang belum dapat menunjukkan jalur menuju profitabilitas tetap menghadapi tantangan besar. Ketegangan geopolitik dan ketidakpastian pasar global semakin memperumit prospek mereka.
Penutup: Perang Dagang yang Memperpanjang Ketidakpastian
Perang dagang yang dipicu oleh kebijakan tarif Presiden Trump tidak hanya berdampak pada perusahaan besar, tetapi juga mengancam kelangsungan hidup banyak startup teknologi yang bergantung pada rantai pasokan global. Ketidakpastian yang dihadirkan oleh kebijakan tarif ini membuat banyak investor menahan investasi mereka, sementara startup juga harus menyesuaikan strategi mereka untuk bertahan dalam kondisi pasar yang penuh tantangan.