Daftar Pekerjaan Terancam Punah, Siap-siap Ganti Profesi Baru
Tanggal: 4 Nov 2024 06:19 wib.
Demam kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) telah membagi pendapat publik dengan berbagai pandangan. Satu hal yang masih menjadi diskursus adalah keyakinan bahwa teknologi itu akan menggantikan beberapa pekerjaan manusia.
Menurut laporan McKinsey Global Institute, ada beberapa profesi yang duluan tergantikan oleh AI. Puluhan juta orang Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan menghadapi apa yang disebut transisi pekerjaan pada tahun 2030 mendatang. Ini terjadi saat pekerjaan berubah secara signifikan atau hilang karena adanya AI.
Otomatisasi diperkirakan bisa menggantikan tugas manusia mencapai 30% dari jam kerja dalam ekonomi AS, menurut laporan Wealthup. Proyeksi pekerjaan yang mungkin terganggu dengan AI juga telah dilaporkan.
Di masa depan, pekerjaan-pekerjaan seperti juru tulis, penjaga toko fisik, asisten administratif, kasir, buruh pabrik, dan layanan makanan dapat terancam punah. McKinsey meramalkan bahwa ada penurunan signifikan dalam pekerjaan ini, dan Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) juga menyebutkan angka penurunan yang cukup besar.
1. Juru Tulis (Resepsionis, Pengarsipan, Penggajian, Catatan Inventaris Barang, dkk)
McKinsey memprediksi penurunan pekerjaan juru tulis mencapai 1,6 juta pada tahun 2030 mendatang. Lebih rinci, juru tulis keuangan diperkirakan menurun lebih dari 14%, juru tulis arsip dan penggajian serta pencatatan waktu sebesar 16%, dan juru tulis informasi lebih dari 18% pada tahun 2032.
2. Penjaga Toko Fisik
McKinsey memperkirakan 830 ribu pekerjaan penjaga toko fisik akan hilang di AS pada tahun 2030, sementara BLS juga menyebutkan penurunan sekitar 80 ribu pada tahun 2032
3. Asisten Administratif
Pada 2030, McKinsey melaporkan posisi asisten administratif akan berkurang hingga 710 ribu. Sementara BLS memperkirakan penurunan hingga setengah lusin kategori, dengan yang paling banyak di sektor hukum dan perkiraannya mencapai 22% pada 2032.
4. Kasir
Laporan McKinsey menyebutkan pengurangan 630 ribu pekerjaan kasir pada tahun 2030, dan BLS memproyeksikan 348.100 pada tahun 2032.
Namun, tren penurunan mungkin akan berubah karena raksasa ritail telah menghilangkan mesin kasir mandiri pada toko tertentu karena masalah keamanan dan kehandalan teknologi.
5. Buruh Pabrik
Pekerjaan ini terkait tugas manual di jalur perakitan. McKinsey mengatakan bahwa 36% jam kerja bisa dipengaruhi oleh otomatisasi dalam manufaktur, sementara BLS memprediksi adanya penurunan pekerjaan hingga 9,3% dalam 10 tahun ke depan.
6. Layanan Makanan
McKinsey mengatakan bahwa potensi tergantikan otomatisasi dalam industri layanan makanan yang mencakup restoran, katering, kafetaria, hingga perusahaan penjual otomatis sangat tinggi. BLS memperkirakan akan ada penurunan pada industri sekitar 4,8% tahun 2032 karena alasan tertentu.
Perluasan pengaruh kecerdasan buatan (AI) dalam dunia kerja bukan hanya terjadi di Amerika Serikat, tetapi juga di banyak negara lainnya. Di Indonesia pun, perkembangan teknologi AI juga diharapkan dapat memberikan efisiensi, sementara di sisi lain potensi menggantikan pekerjaan manusia juga menjadi isu yang perlu diperhatikan.
Seiring dengan berkembangnya AI, diharapkan adanya penyesuaian dalam dunia kerja, baik dari sisi pelatihan tenaga kerja maupun perubahan dalam paradigma kerja. Diperlukan langkah-langkah kongkrit untuk menjaga keberlangsungan pekerjaan manusia dalam era AI ini.
Hal ini menuntut adanya kesiapan dari pemerintah, perusahaan, dan individu untuk terlibat dalam transformasi dunia kerja. Pelatihan keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri masa depan, pembangunan infrastruktur teknologi, serta pengaturan kebijakan yang mendukung adaptasi terhadap perubahan ini menjadi sangat penting.
Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan dan kemajuan teknologi merupakan kunci untuk menghadapi era kecerdasan buatan. Dengan melakukan hal ini, diharapkan pekerjaan yang terancam dapat diantisipasi dengan menyiapkan profesi-profesi baru yang sesuai dengan perkembangan teknologi, sehingga potensi kerugian akibat perubahan pekerjaan dapat dikurangi.
Kesadaran akan perubahan ini perlu disosialisasikan secara luas agar masyarakat dapat memahami dan mempersiapkan diri dengan baik. Konsolidasi antara pemerintah, industri, akademisi, dan masyarakat menjadi kunci dalam membangun kesadaran ini.
Dalam menghadapi tantangan ini, juga diperlukan sikap terbuka terhadap perubahan sebagai salah satu kunci keberhasilan dalam menghadapi perkembangan teknologi. Perubahan ini juga dapat menjadi peluang untuk menciptakan pekerjaan baru yang lebih baik, lebih efisien, dan lebih sesuai dengan kebutuhan masa depan.
Di era kecerdasan buatan, kemungkinan terciptanya profesi-profesi baru yang sebelumnya tidak terbayangkan juga menjadi cukup besar. Oleh karena itu, inisiatif untuk mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang relevan dengan perkembangan teknologi AI juga menjadi hal yang sangat penting.
Dengan adanya kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, diharapkan bahwa dampak dari perubahan profesi akibat kecerdasan buatan dapat dikelola dengan baik. Sehingga, masyarakat dapat memanfaatkan kemajuan teknologi AI untuk menciptakan peluang-peluangbaru dalam dunia kerja.