Sumber foto: Google

Business Matchmaking: Pendekatan Alternatif Keluar dari Middle Income Trap

Tanggal: 1 Jun 2025 09:51 wib.
Jakarta, Tampang.com – Di tengah tekanan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dan semakin masifnya penerapan kecerdasan buatan (AI) yang menggantikan tenaga manusia, Indonesia dihadapkan pada tantangan serius: bagaimana keluar dari jebakan pendapatan menengah (middle income trap) dan menjaga daya saing ekonomi di tengah disrupsi teknologi. Menjawab tantangan tersebut, Erwin Suryadi dalam bukunya The Matchmaker, menawarkan konsep business matchmaking sebagai pendekatan alternatif untuk mendorong pertumbuhan inklusif dan memperkuat daya saing pelaku ekonomi lokal.

“Bonus demografi tidak akan berarti jika kita tidak menciptakan ekosistem yang mampu menyerap dan memberdayakan talenta lokal. Kita memerlukan pendekatan yang lebih dari sekadar mempertemukan supply & demand,” kata Erwin saat bedah buku yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas itu di Jakarta, Sabtu (31/5/2025).

Erwin menambahkan, banyak jenis pekerjaan yang berisiko punah lima tahun ke depan akibat otomatisasi dan penerapan teknologi AI. “Pekerjaan seperti teller bank, kasir, entri data, akuntansi, hingga staf pembukuan adalah contoh yang mulai tergantikan. Ini akan menjadi persoalan baru bagi ketenagakerjaan, jika tidak diantisipasi dengan strategi yang tepat,” katanya.

Erwin memaparkan konsep business matchmaking, yakni pendekatan ekosistem yang mendorong kolaborasi jangka panjang antara pelaku industri besar, pabrikan lokal, UMKM, dan lembaga pendidikan. Pendekatan ini menekankan pendampingan yang memacu peningkatan kualitas produk (quality), efisiensi biaya (price), dan ketepatan pengiriman (delivery).

Dia mengungkapkan, gagasan business matchmaking merujuk pada pemikiran begawan ekonomi Prof. Soemitro Djojohadikusumo, yang menolak persaingan bebas secara mutlak di negara berkembang. “Dalam pandangan Soemitro, pasar tidak akan bekerja adil tanpa kehadiran negara sebagai pengatur dan pelindung pelaku ekonomi lokal. Prinsip ini sejalan dengan business matchmaking, yang menuntut peran aktif, yang memberikan mandat kepada pelaku industri besar untuk ikut membina pelaku lokal agar mampu bersaing secara sehat dan setara,” sebut dia.

Konsep tersebut, lanjutnya, telah diterapkan di sektor hulu minyak dan gas bumi melalui Forum Kapasitas Nasional, yang digagas SKK Migas sejak 2021. “Pengalaman di sektor hulu migas menunjukkan, ketika pelaku industri skala besar bersedia membina dan mempercayai pelaku lokal, hasilnya luar biasa. Banyak pabrikan dalam negeri yang ternyata mampu bersaing di tingkat global,” kata Erwin.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved