Bunga Kredit Usaha Mikro Masih Tinggi, Banyak Pelaku UMKM Pilih Gadai Barang
Tanggal: 23 Mei 2025 08:26 wib.
Tampang.com | Di tengah kebutuhan modal yang mendesak, pelaku UMKM di berbagai daerah mengeluhkan tingginya bunga kredit usaha mikro yang ditawarkan lembaga keuangan formal. Akibatnya, sebagian besar lebih memilih jalan pintas dengan menggadaikan barang pribadi demi mendapatkan dana cepat untuk operasional.
Bunga Kredit Capai 18% per Tahun
Meski pemerintah mendorong inklusi keuangan dan memberikan berbagai skema kredit berbunga rendah, di lapangan pelaku UMKM mengaku masih kesulitan mengakses pinjaman dengan bunga terjangkau.
Banyak lembaga pembiayaan swasta bahkan menetapkan bunga hingga 15–18% per tahun, belum termasuk biaya administrasi tambahan.
“Saya pernah ajukan kredit mikro ke koperasi, tapi bunganya besar sekali. Akhirnya saya gadai motor ke pegadaian, prosesnya juga lebih cepat,” kata seorang pelaku usaha makanan kecil di Bekasi.
Risiko Terjebak Utang Semakin Besar
Tren ini meningkatkan kekhawatiran atas tingginya ketergantungan pelaku usaha terhadap jalur pinjaman informal atau lembaga gadai. Dalam jangka panjang, risiko terjebak dalam lingkaran utang akan semakin besar jika arus kas usaha tidak stabil.
Pelaku UMKM juga banyak yang tidak memiliki literasi keuangan memadai untuk menghitung rasio utang dan bunga pinjaman yang ditanggung.
Solusi Belum Merata, Literasi Keuangan Rendah
Meski ada program Kredit Usaha Rakyat (KUR) dengan bunga lebih rendah, faktanya tidak semua pelaku UMKM bisa mengaksesnya karena syarat administrasi yang dinilai rumit atau lokasi yang jauh dari pusat layanan.
Literasi keuangan juga menjadi tantangan besar. Banyak pelaku UMKM belum mengetahui adanya program bantuan modal pemerintah atau belum memahami risiko kredit jangka panjang.
Dorongan untuk Reformasi Skema Pembiayaan
Sejumlah pengamat menilai perlu adanya reformasi skema pembiayaan mikro agar lebih inklusif dan ramah bagi UMKM. Selain itu, pelatihan literasi keuangan perlu digencarkan, agar pelaku usaha tidak lagi bergantung pada pinjaman berbunga tinggi yang justru menyulitkan mereka berkembang.