Sumber foto: Google

BPS Ungkap Masyarakat Jawa dan Sumatra Berhemat di 2024

Tanggal: 6 Feb 2025 14:12 wib.
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Indonesia mengalami pelambatan pada 2024, khususnya di Pulau Jawa dan Sumatra. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa konsumsi rumah tangga di kedua pulau utama ini mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini mencerminkan pola pengeluaran masyarakat yang semakin hati-hati dalam mengelola keuangan mereka di tengah tantangan ekonomi global dan domestik.

Plt Kepala BPS, Amalia Widyasanti, dalam konferensi pers pada Rabu (5/2) mengungkapkan bahwa pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Pulau Jawa pada 2024 hanya tercatat sebesar 5,07 persen. Angka ini sedikit lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2023, yang mengalami pertumbuhan 5,12 persen. Meskipun penurunan ini terbilang kecil, namun hal ini menunjukkan adanya perubahan dalam perilaku konsumsi masyarakat di pulau yang memiliki populasi terbesar di Indonesia tersebut.

“Pengeluaran konsumsi rumah tangga di Jawa tahun 2024 itu sebesar 5,07 persen. Tahun 2023, tumbuhnya 5,12 persen,” kata Amalia.

Di sisi lain, Pulau Sumatra juga mengalami penurunan yang signifikan dalam hal pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Pada tahun 2024, konsumsi rumah tangga di Sumatra hanya tumbuh 4,72 persen, sebuah penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang lebih tinggi. Meskipun angka ini mencerminkan pelambatan, namun tetap menunjukkan adanya ketahanan konsumsi rumah tangga yang tetap berjalan meski dalam kondisi yang lebih menantang.

Menurut Amalia, pelambatan konsumsi rumah tangga ini terjadi di seluruh daerah, baik di Jawa maupun Sumatra, yang menunjukkan kecenderungan masyarakat untuk lebih berhemat dalam pengeluaran mereka. "Pada tahun 2024, konsumsi rumah tangga Pulau Sumatra dan Jawa tumbuh melambat," ujarnya.

Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan fenomena ini. Salah satunya adalah ketidakpastian ekonomi global yang turut mempengaruhi daya beli masyarakat Indonesia. Kenaikan harga barang, terutama kebutuhan pokok, serta pengaruh dari inflasi yang masih tinggi, memaksa banyak keluarga untuk menyesuaikan pengeluarannya. Selain itu, ketegangan politik, fluktuasi harga energi, dan perubahan kebijakan pemerintah juga dapat berkontribusi pada perubahan pola konsumsi masyarakat.

Namun, meskipun ada penurunan dalam angka pertumbuhan konsumsi rumah tangga, Amalia menekankan bahwa Indonesia tetap menghadapi tantangan besar untuk menjaga daya beli masyarakat agar tidak terus tergerus. Pemerintah dan masyarakat perlu mencari solusi untuk mengelola pengeluaran dan meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya, agar daya beli masyarakat tetap terjaga meskipun dalam situasi yang penuh ketidakpastian.

Secara keseluruhan, meskipun ada penurunan, konsumsi rumah tangga di Indonesia masih menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi. Masyarakat, baik di Pulau Jawa maupun Sumatra, tampaknya semakin bijaksana dalam mengelola keuangan mereka, yang akan menjadi hal penting dalam menjaga stabilitas ekonomi domestik ke depan.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved