Bos Bulog Ungkap Beras 'Murah' Tersalur 752 Ribu Ton per Juni 2024
Tanggal: 12 Jun 2024 07:47 wib.
Direktur Utama Perum Bulog, Bayu Krisnamurthi, secara rinci mengungkapkan bahwa penyaluran beras melalui Program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) telah terealisasi sejumlah 752.266 ton. Angka ini berhasil mencapai 62,96 persen dari target penyaluran.
Dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IV DPR RI pada Senin (10/6), Bayu menyatakan, "Mengenai SPHP, sampai dengan saat ini sudah tersalurkan 752 ribu ton atau kurang lebih 63 persen dari target 1,2 juta ton."
Penyaluran beras murah tersebut secara terperinci terdiri dari 216 ribu ton di DKI Jakarta dan Banten, 24 ribu ton di Maluku dan Maluku Utara, 19 ribu ton di Kalimantan Barat, 16 ribu ton di Sulawesi Tenggara, 11 ribu ton di Bengkulu, 77 ribu ton di Jawa Timur, 26 ribu ton di Riau dan Kepulauan Riau, 13 ribu ton di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara, serta 7.251 ton di Sulawesi Tengah.
Selanjutnya, sebanyak 17 ribu ton di Lampung, 26 ribu ton di Sumatra Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung, 19 ribu ton di Aceh, 43 ribu ton di Sumatra Utara, 16 ribu ton di Jambi, 49 ribu ton di Jawa Tengah, 11 ribu ton di Sumatra Barat, 16 ribu ton di DI Yogyakarta, 26 ribu ton di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat, 55 ribu ton di Jawa Barat, 4.463 ton di Bali, 13 ribu ton di NTT, 8.201 ton di Papua dan Papua Barat, 8.887 ton di Sulawesi Utara dan Gorontalo, 5.809 ton di Kalimantan Tengah, 10 ribu ton di Kalimantan Selatan, dan 5.253 ton di NTB.
Bayu menjelaskan bahwa selama panen raya, penyaluran SPHP sempat diperlambat sebagai respons terhadap dinamika situasi panen. Namun demikian, ia memproyeksikan bahwa penyaluran SPHP akan kembali menjadi andalan pada bulan-bulan mendatang.
Lebih lanjut, ia menyatakan bahwa pihaknya tengah berupaya memastikan stok beras SPHP tercukupi di ritel modern. Hal ini disebabkan kekhawatiran ketercukupan stok SPHP di ritel modern yang menjadi perhatian masyarakat.
"Dari pengalaman sebelumnya, selain ke pasar tradisional, kami juga berupaya agar SPHP tersedia di ritel modern, mulai dari Indomaret, Alfamart, Indogrosir, dan sebagainya," ujar Bayu.
"Ironisnya, pada bulan Januari dan Februari, pasokan beras di pasar tradisional sudah cukup memadai. Namun yang menarik perhatian masyarakat dan menjadi perhatian kami adalah pasokan beras di ritel modern," tambahnya.
Bayu memaparkan bahwa penyaluran SPHP mencapai puncaknya selama kuartal pertama tahun 2024 terjadi pada bulan Februari. Sementara penurunan penyaluran SPHP pada Maret-Juni 2024 disebabkan oleh penurunan harga beras di pasaran umum.
Pola penjualan juga terlihat dari sebaran penyaluran, dengan 57,8 persen dijual ke pengecer, 36,3 persen ke distributor, 4,1 persen ke satuan tugas (satgas), 1,5 persen ke Pemerintah Daerah (Pemda), dan 0,3 persen ke Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dengan pencapaian ini, keberhasilan dalam menyalurkan beras dengan harga terjangkau menjadi indikator positif terhadap upaya stabilisasi pasokan dan harga pangan nasional. Diharapkan, keberlanjutan program ini dapat memenuhi kebutuhan beras masyarakat secara merata di seluruh wilayah Indonesia.