Bitcoin dan Altcoin Tertekan, Akankah Tren Bullish Bertahan?
Tanggal: 30 Mar 2025 13:48 wib.
Tampang.com | Pasar kripto kembali mengalami tekanan jual besar-besaran setelah harga Bitcoin terkoreksi tajam. Koreksi ini turut menyeret altcoin seperti Ethereum (ETH), Solana (SOL), dan Dogecoin (DOGE) ke dalam tren bearish.
Salah satu faktor utama yang memicu aksi jual ini adalah kebijakan tarif otomotif yang direncanakan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, yang diperkirakan mulai berlaku pada 2 April 2025. Kekhawatiran terhadap potensi perang dagang baru membuat investor semakin waspada terhadap aset berisiko, termasuk kripto.
Menurut data CoinMarketCap, harga Bitcoin turun di bawah 87.000 dolar AS (sekitar Rp 1,44 miliar) dan berisiko menembus level support 86.000 dolar AS (Rp 1,42 miliar). Altcoin utama juga kehilangan keuntungan yang diperoleh selama akhir pekan lalu akibat meningkatnya volatilitas di pasar.
Bitcoin Berfluktuasi di Tengah Ketidakpastian
Sebelumnya, Bitcoin sempat mencapai 88.500 dolar AS (Rp 1,46 miliar) setelah adanya laporan bahwa tarif Trump tidak akan seketat yang diperkirakan. Namun, tekanan jual kembali meningkat setelah investor mencermati perkembangan kebijakan ekonomi global.
Di sisi lain, aksi beli besar oleh MicroStrategy yang menambah 6.911 BTC senilai 584 juta dolar AS (Rp 9,67 triliun) sempat memberikan dorongan positif. Namun, fluktuasi yang tinggi masih mengancam pergerakan harga Bitcoin di jangka pendek.
Investor Besar Tetap Bertahan di Tengah Volatilitas
Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menilai bahwa volatilitas yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa pasar sedang dalam fase konsolidasi sebelum menentukan arah tren berikutnya.
“Meskipun ada tekanan dari faktor makroekonomi dan kebijakan perdagangan AS, tren jangka panjang Bitcoin masih positif. Kami melihat bahwa harga BTC tetap bertahan di atas level psikologis 85.000 dolar AS, yang menunjukkan adanya akumulasi oleh investor besar,” ujar Fyqieh.
Menurutnya, sentimen bullish masih bisa kembali jika Bitcoin mampu bertahan di atas 88.000 dolar AS dan menembus 90.000 dolar AS (Rp 1,49 miliar) dalam beberapa hari ke depan. Jika tekanan jual berkurang dan muncul sentimen positif dari kebijakan moneter atau adopsi institusional, Bitcoin berpotensi menguji level 100.000 dolar AS (Rp 1,66 miliar) pada bulan April.
Sebaliknya, jika tekanan jual terus berlanjut, support penting yang perlu diperhatikan berada di 84.736 dolar AS (Rp 1,4 miliar) dan 81.162 dolar AS (Rp 1,34 miliar).
Faktor Risiko yang Perlu Diwaspadai
Selain kebijakan tarif dari Trump, investor juga tengah mencermati laporan Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang akan dirilis pada Jumat (28/3/2025).
Sebagai indikator inflasi utama yang diawasi The Fed, data PCE yang lebih tinggi dari ekspektasi bisa memicu aksi jual lebih lanjut di pasar kripto.
“Bitcoin cenderung mengisi kesenjangan harga di pasar CME dalam rentang 84.000 hingga 86.000 dolar AS. Secara historis, BTC sering kali kembali ke level ini sebelum melanjutkan pergerakan bullish,” tambah Fyqieh.
Dengan situasi pasar yang masih tidak menentu, investor kripto disarankan untuk tetap waspada terhadap perkembangan kebijakan global serta indikator teknikal utama. Meski dalam jangka panjang tren akumulasi investor besar masih menunjukkan potensi kenaikan, volatilitas yang tinggi tetap menjadi tantangan utama sebelum mencapai titik stabil baru.