Sumber foto: Google

Biaya Mahal, 31% Gen Z Pilih Nggak Kuliah

Tanggal: 20 Mei 2025 10:59 wib.
Survei Deloitte Global 2025 Gen Z and Millennial menunjukkan bahwa 31% Gen Z lebih memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas. Angka ini menggambarkan fenomena yang semakin marak di kalangan generasi muda saat ini, terutama di tengah biaya kuliah yang terus melambung. Dari hasil survei tersebut, diketahui bahwa 39% dari mereka yang memilih tidak kuliah mengindikasikan alasan terbesarnya adalah biaya kuliah yang mahal.

Tingginya biaya pendidikan menjadi salah satu faktor utama yang membuat banyak Gen Z berpikir dua kali sebelum memutuskan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Di Indonesia, biaya kuliah tidak hanya mencakup uang semester, tetapi juga pengeluaran lain seperti buku, biaya hidup, serta akomodasi. Dengan situasi ekonomi yang tidak stabil, banyak dari mereka merasa bahwa investasi tersebut tidak sebanding dengan potensi pendapatan yang bisa mereka peroleh setelah lulus. 

Namun, alasan Gen Z untuk tidak melanjutkan kuliah tidak hanya terbatas pada masalah finansial. Banyak di antara mereka yang merasakan bahwa pendidikan formal tidak memberikan pengalaman praktis yang dibutuhkan untuk bersaing di dunia kerja. Di dunia industri yang terus berkembang, keterampilan praktis sering kali lebih dihargai dibandingkan dengan gelar akademis. Oleh karena itu, Gen Z mulai memilih jalur lain seperti pelatihan skill, magang, atau OJT (on-the-job training) yang dianggap lebih fleksibel dan sesuai kebutuhan industri.

Dengan meningkatnya tren digitalisasi dan otomatisasi, sektor pekerjaan juga mengalami pergeseran. Banyak pekerjaan yang dulunya memerlukan gelar sarjana kini lebih mementingkan keterampilan spesifik dan pengalaman langsung. Gen Z kini lebih menyadari bahwa mereka bisa mengembangkan karier tanpa harus terikat pada sistem pendidikan tradisional. Praktik magang dan program OJT memberi kesempatan kepada mereka untuk mendapatkan pengalaman kerja yang sesungguhnya, di mana mereka bisa belajar sambil bekerja dan langsung menerapkan keterampilan yang mereka pelajari dalam lingkungan yang nyata.

Selain itu, ada juga sejumlah Gen Z yang memilih untuk berwirausaha. Dengan semakin mudahnya akses informasi dan teknologi, beberapa dari mereka memutuskan untuk memulai usaha sendiri daripada menunggu gelar akademis sebagai modal untuk bekerja. Mereka memanfaatkan berbagai platform digital untuk menjalankan bisnis, dari e-commerce hingga konten kreator, yang memberikan potensi penghasilan yang menarik. Ini menunjukkan bahwa pilihan hidup dan karier Gen Z semakin beragam dan fleksibel, serta mencerminkan perubahan nilai yang ada dalam masyarakat.

Sikap Gen Z ini juga mencerminkan dorongan untuk menjadi lebih mandiri dan mengambil kendali atas masa depan mereka. Mereka tidak lagi terikat pada norma-norma yang sebelumnya mengharuskan setiap orang untuk memiliki gelar sarjana untuk mendapatkan pekerjaan yang baik. Ketidakpuasan terhadap sistem pendidikan tradisional, ditambah dengan keinginan untuk mengasah keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri, mendorong mereka untuk mencari alternatif pendidikan yang lebih sesuai dengan kebutuhan serta aspirasinya. 

Dalam konteks ini, penting untuk memahami bahwa keputusan Gen Z untuk tidak melanjutkan pendidikan formal bukanlah langkah yang diambil sembarangan, melainkan hasil dari pertimbangan matang terhadap situasi ekonomi, kebutuhan industri, dan aspirasi pribadi mereka. Dengan tren ini, kita melihat sebuah perubahan paradigma yang menarik dalam cara pandang generasi muda terhadap pendidikan dan karier.
Copyright © Tampang.com
All rights reserved